Tren Kasus Demam Berdarah di Jakarta Tahun Ini Terus Turun
Nyamuk Aides Agepti penyebab terjadinya DBD (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut tren kasus demam berdarah dengue (DBD) terus menurun sejak awal tahun hingga pertengahan tahun 2023.

Namun, Dinkes belum mencatat akumulasi warga yang terjangkit penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti per bulan Juli.

"DBD dibandingkan bulan lalu turun. Dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu juga lebih kecil. Artinya, kasusnya terkendali," kata Ani di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis, 27 Juli.

Ani pun mengimbau masyarakat untuk terus meningkatkan kesadaran dalam menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada titik-titik yang rawan menjadi sarang nyamuk di lingkungan rumahnya.

"Kalau ada kasus, segera laporkan sehingga kita bisa lakukan penyelidikan epidemiologi," ucap Ani.

Sebagai informasi, tercatat pada bulan Januari kasus DBD di Jakarta sebanyak 525 kasus, Februari 434 kasus, Maret 494 kasus, April 499 kasus, Mei 480 kasus, Juni 313 kasus, dan Juli masih dalam tahap pendataan.

Sedikitnya, telah ada 2.745 kasus DBD di Ibu Kota selama setengah tahun belakangan. Akhir-akhir ini, kasus banyak ditemukan di wilayah yang berdekatan dengan daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

"Kami lihat kasus seminggu terakhir banyak di daerah perbatasan dengan Bodetabek," ungkap Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama.

Ngabila menuturkan, DBD merupakan penyakit endemis yang terus ada dan bertahan di Jakarta.

DBD memiliki pola jumlah kasus yang sama di setiap tahunnya. Di mana akan mulai meningkat pada setiap bulan Bulan Desember dan akan mengalami puncak di Bulan April, lalu akan menurun kembali.