Bagikan:

JAKARTA - Swedia menjadi target kampanye disinformasi oleh "aktor-aktor yang didukung Rusia", untuk merusak citra negara calon anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) tersebut dengan menyiratkan, Swedia mendukung pembakaran Al-Qur'an baru-baru ini, ungkap Menteri Pertahanan Sipil Swedia.

Keinginan Swedia untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina telah menempatkannya dalam sorotan internasional, sementara sejumlah demonstrasi di mana para pengunjuk rasa membakar salinan kitab suci umat Islam telah membuat marah umat Islam di seluruh dunia.

"Swedia menjadi target kampanye disinformasi yang didukung oleh negara dan aktor-aktor yang mirip negara dengan tujuan merusak kepentingan Swedia dan ... warga negara Swedia," kata Menteri Carl-Oskar Bohlin kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers, melansir Reuters 27 Juli.

"Kita dapat melihat bagaimana aktor-aktor yang didukung Rusia memperkuat pernyataan-pernyataan yang tidak benar seperti negara Swedia berada di balik penodaan kitab suci," urainya.

"Hal itu, tentu saja, sepenuhnya salah," kata Bohlin, seraya menambahkan aktor-aktor negara semacam itu mencoba "menciptakan perpecahan dan melemahkan posisi Swedia di dunia internasional."

Tidak ada tanggapan langsung dari kedutaan Rusia di Stockholm atas permintaan komentar mengenai pernyataan menteri tersebut.

Sementara itu, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dalam sebuah unggahan mengatakan, ia ingin memperbaiki kesalahpahaman yang umum terjadi.

"Negara Swedia tidak mengeluarkan izin untuk membakar Al-Qur'an. Namun, polisi mengeluarkan izin untuk unjuk rasa, sebuah hak yang diabadikan dalam konstitusi Swedia," tulis PM Kristersson di Facebook.

Ia juga mengatakan Swedia tidak memiliki tradisi membakar buku hanya karena hal itu legal.

"Negara menjamin hak kebebasan berekspresi, namun tidak berdiri di belakang pesan politik apa pun," tulisnya.

Sementara itu, Mikael Ostlund, juru bicara Badan Pertahanan Psikologis Swedia mengatakan, Rusia menggunakan pembakaran Al-Qur'an sebagai kesempatan untuk mempromosikan agendanya di media.

"Jelas, salah satu ambisi Rusia adalah untuk mempersulit kami bergabung dengan NATO," ungkapnya.

Diketahui, salinan Al-Qur'an telah dibakar dalam beberapa demonstrasi di Swedia dan Denmark musim panas ini, menyebabkan kemarahan di kalangan umat Islam.

Denmark dan Swedia mengatakan bahwa mereka menyesalkan pembakaran Al-Qur'an, tetapi tidak dapat mencegahnya di bawah aturan yang melindungi kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Pada Hari Rabu, badan keamanan Swedia, SAPO, memperingatkan situasi keamanan Swedia telah memburuk, sebagai akibat dari kontroversi baru-baru ini mengenai kebebasan berpendapat dan berekspresi.

"Citra Swedia telah berubah. Kami telah berubah dari negara yang dipandang sebagai negara yang toleran menjadi negara yang anti-Muslim - begitulah cara kami dipandang... terutama oleh negara-negara Muslim di dunia," kata Susanna Trehorning, seorang pejabat senior di SAPO, kepada lembaga penyiaran pemerintah Swedia, SVT.

"Namun, tingkat kewaspadaan keamanan Swedia belum berubah, dan saat ini berada pada level 3 dari skala 5, yang mengindikasikan "risiko tinggi", dengan Lima adalah tingkat ancaman tertinggi.