Bagikan:

JAKARTA - Tiga orang di Kota Norrkoping, Swedia membutuhkan perawatan medis setelah terkena peluru polisi selama bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa, menyusul pembakaran Alquran yang menyebabkan kerusuhan di beberapa kota Swedia selama akhir pekan Paskah.

Di beberapa tempat pengunjuk rasa kontra menyerang polisi sebelum demonstrasi ekstremis sayap kanan yang direncanakan. Perdana Menteri Magdalena Andersson mengutuk kekerasan tersebut.

"Tiga orang tampaknya telah terkena pantulan dan sekarang dirawat di rumah sakit. Ketiga orang yang terluka ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan," kata polisi dalam sebuah pernyataan online, menambahkan tidak ada cedera yang mengancam jiwa, melansir Reuters 18 April.

Polisi mengatakan situasi di Norrkoping tenang pada Minggu malam. Sebelumnya, polisi dan pengunjuk rasa telah terlibat dalam bentrokan serius selama beberapa hari terakhir di mana beberapa polisi terluka dan beberapa kendaraan telah dibakar.

Kekerasan dimulai pada Hari Kamis, setelah demonstrasi yang diselenggarakan oleh Rasmus Paludan, pemimpin garis keras partai politik sayap kanan Denmark. Paludan, yang memiliki izin untuk serangkaian demonstrasi di Swedia selama akhir pekan Paskah, dikenal karena pembakaran Alquran.

Sementara melansir BBC, bentrokan telah terjadi untuk hari keempat di beberapa kota di Swedia, yang dipicu oleh pembakaran Alquran oleh kelompok sayap kanan anti-imigran.

Media lokal mengataka,n tiga orang terluka di kota timur Norrköping pada hari Minggu ketika polisi melepaskan tembakan peringatan ke arah perusuh. Beberapa kendaraan dibakar dan sedikitnya 17 orang ditangkap. Sementara pada Hari Sabtu, kendaraan termasuk bus dibakar di kota selatan Malmo selama demonstrasi sayap kanan.

Ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan, yang memimpin gerakan Stram Kurs, atau Garis Keras, mengatakan dia telah membakar teks paling suci Islam dan akan mengulangi tindakan itu.

Sedikitnya 16 petugas polisi dilaporkan terluka dan beberapa kendaraan polisi hancur dalam kerusuhan pada Kamis, Jumat dan Sabtu di tempat-tempat di mana kelompok sayap kanan merencanakan kegiatan pembakaran, termasuk di pinggiran kota Stockholm dan di kota Linköping dan Norrköping.

Paludan telah mengancam akan mengadakan unjuk rasa lagi di Norrköping pada Hari Minggu, mendorong para demonstran tandingan untuk berkumpul di sana, Deutsche Welle melaporkan.

Sementara itu, Kepala Polisi Nasional Swedia Anders Thornberg mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Hari Sabtu, para demonstran telah menunjukkan ketidakpedulian terhadap kehidupan petugas polisi.

"Kami telah melihat kerusuhan kekerasan sebelumnya. Tapi ini adalah sesuatu yang lain," tambahnya.

Protes terhadap rencana Stram Kurs untuk membakar Al-Qur'an telah berubah menjadi kekerasan di Swedia sebelumnya. Pada tahun 2020, pengunjuk rasa membakar mobil dan bagian depan toko dirusak dalam bentrokan di Malmö.

Diketahui, Paludan, yang dipenjara selama satu bulan pada tahun 2020 karena pelanggaran termasuk rasisme di Denmark, juga telah berusaha merencanakan pembakaran Al-Quran serupa di negara-negara Eropa lainnya, termasuk Prancis dan Belgia.