JAKARTA - Badan intelijen domestik Ukraina untuk pertama kalinya mengaku bertanggung jawab atas sebuah operasi sabotase yang merusak Jembatan Kerch buatan Rusia yang menghubungkan Krimea yang diduduki Rusia pada Bulan Oktober lalu.
Vasyl Malyuk, kepala Dinas Keamanan Ukraina (SBU), mengatakan lembaganya berada di balik serangan tersebut, berbicara dalam sebuah komentar yang ditayangkan di televisi saat ia menyerahkan sebuah perangko peringatan yang menandai operasi-operasi pasukan khusus di masa perang.
"Ada banyak operasi yang berbeda, operasi khusus. Kami akan dapat berbicara tentang beberapa di antaranya secara terbuka dan lantang setelah kemenangan ini, kami tidak akan berbicara tentang yang lain," kata Malyuk, melansir Reuters 27 Juli.
"Ini adalah salah satu tindakan kami, yaitu penghancuran jembatan Krimea pada 8 Oktober tahun lalu," ungkapnya.
Jembatan tersebut rusak parah pada Bulan Oktober dalam sebuah ledakan dahsyat, dengan para pejabat Rusia mengatakan ledakan tersebut disebabkan oleh sebuah truk yang meledak saat melintasi jembatan, menewaskan tiga orang.
Jembatan itu kembali diserang bulan ini, tetapi Malyuk tidak menyebutkan siapa yang berada di balik serangan itu.
Jembatan Krimea sepanjang 19 km (12 mil) di atas Selat Kerch merupakan satu-satunya penghubung langsung antara jaringan transportasi Rusia dan semenanjung Krimea, yang dicaplok Moskow dari Ukraina dan diduduki pada tahun 2014.
BACA JUGA:
Jembatan ini merupakan proyek andalan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang membukanya untuk lalu lintas jalan raya dengan meriah, di mana Ia mengendarai sebuah truk pada tahun 2018.
Diketahui, jalur ini berfungsi sebagai rute pasokan penting bagi pasukan Rusia setelah Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, mengirimkan pasukan dari Krimea untuk merebut beberapa bagian dari wilayah Kherson dan Zaporizhzhia di Ukraina selatan.