Terima Menlu Wang Yi:  Presiden Erdogan Tegaskan Prinsip Satu China, Tidak Dukung Kampanye NATO di Asia Pasifik
Menlu China Wang Yi saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Twitter/@trpresidency)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Turki tegas menganut prinsip satu China, sementara Menlu Wang Yi mengatakan Beijing ingin memperdalam kerja sama dan kepercayaan dengan Istanbul, saat keduanya bertemu di Ankara.

Wang Yi yang baru ditunjuk kembali sebagai Menteri Luar Negeri melakukan kunjungan kerja sehari ke Turki, termasuk menemui koleganya Menlu Turki Hakan Fidan.

"China mendukung Turki dalam menegakkan kemerdekaan dan mengambil jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasionalnya," kata Menlu Wang, melansir CGTN 27 Juli.

"Sebagai perwakilan dari pasar negara berkembang dan negara berkembang utama, Tiongkok dan Turki memiliki kepentingan bersama yang luas dan tidak memiliki konflik kepentingan yang mendasar," sambung Wang.

Memperhatikan hubungan China-Turki memiliki prospek yang luas untuk pembangunan, Menlu Wang mengatakan China sangat mementingkan hubungan bilateral dan siap untuk bekerja sama dengan Turki, untuk mendukung dan menjaga satu sama lain di jalan peremajaan nasional dan dalam isu-isu yang menyangkut kepentingan inti masing-masing.

"China akan bekerja sama dengan Turki untuk fokus dalam menjaga dan memperdalam rasa saling percaya politik, untuk mempromosikan kerja sama strategis China-Turki ke tingkat yang baru," urai diplomat senior tersebut.

Ditambahkannya, China bersedia bekerja sama dengan Turki untuk memanfaatkan mekanisme komite kerja sama antar pemerintah, untuk memulai kembali kerja sama praktis di berbagai bidang.

Sementara itu, Presiden Erdogan mengatakan Turki dan China adalah negara dengan pengaruh global, sehingga pentingnya kerja sama kedua negara melampaui lingkup bilateral.

"Turki menganut prinsip satu-Cina dan percaya bahwa perkembangan China bukanlah sebuah ancaman," tegasnya.

Lebih lanjut Dia mengatakan, Turki bersedia untuk mengintensifkan pertukaran tingkat tinggi dengan China, memperkuat sinergi antara inisiatif Koridor Tengah Turki dan Inisiatif Sabuk dan Jalan yang diusulkan China, memperdalam kerja sama di bidang perdagangan, energi, dan pariwisata, yang membawa hubungan Turki-China ke tingkat yang baru.

"Turki tidak mendukung NATO untuk mengintensifkan kampanyenya di kawasan Asia-Pasifik, dan bersedia untuk menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Tiongkok dalam isu-isu internasional dan regional seperti krisis Ukraina," tambahnya.

Diketahui, hubungan diplomatik antara Turki dan Tiongkok mulai terjalin pada tahun 1971, seperti mengutip Daily Sabah. Pada tahun 2010, hubungan tersebut diangkat ke tingkat kerja sama strategis.