Drone Ukraina Hantam Moskow, Gedung Putih: Ini Perang yang Dimulai oleh Rusia
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre. (Wikimedia Commons/The White House)

Bagikan:

JAKARTA - Gedung Putih menegaskan pihaknya tidak mendukung Ukraina untuk melancarkan serangan di dalam wilayah Rusia, setelah dua pesawat tak berawak dari Kyiv merusak gedung-gedung di Moskow pada Hari Senin.

"Secara umum, kami tidak mendukung serangan di dalam wilayah Rusia," ujar juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers, melansir Reuters 25 Juli.

Rusia sendiri bersumpah untuk melakukan pembalasan terhadap Ukraina, menyebut dua serangan pesawat tak berawak, termasuk satu serangan yang dekat dengan markas besar Kementerian Pertahanan, sebagai tindakan teror yang kurang ajar.

"Ini adalah perang yang dimulai oleh Rusia. Ini adalah perang mereka," kata Jean-Pierre.

"Dan mereka dapat mengakhirinya kapan saja dengan menarik pasukan dari Ukraina, bukannya melancarkan serangan brutal terhadap warga sipil," terangnya.

Tidak ada yang terluka dalam serangan di Moskow, serangan yang paling menjadi sorotan sejak dua pesawat tak berawak mencapai Kremlin pada Bulan Mei.

Satu drone menghantam bangunan dekat dengan Kementerian Pertahanan Rusia, pukulan simbolis yang menggarisbawahi jangkauan drone semacam itu, sementara seorang pejabat senior Ukraina mengatakan akan ada lebih banyak serangan.

Selain serangan terhadap Moskow, sekitar 17 pesawat tak berawak juga melancarkan serangan semalam di Krimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada tahun 2014, kata Kementerian Pertahanan Rusia. Pesawat-pesawat itu menghantam sebuah gudang amunisi dan merusak sebuah bangunan tempat tinggal, kata kepala Krimea yang dilantik oleh Rusia.

Terpisah, Kyiv pada Hari Senin mengatakan sebuah serangan pesawat tak berawak Rusia menghancurkan gudang biji-bijian Ukraina di Sungai Danube dan melukai tujuh orang.

Diketahui, Kremlin mengatakan akan terus melanjutkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Sedangkan Kyiv dan sebagian besar negara Barat mengatakan ini adalah perang penaklukan yang brutal.