Catat Sejarah, NATO Bakal Miliki Koordinator Kontra-Terorisme
Sekjen NATO Jens Stoltenberg saat memberikan keterangan pers di sela-sela KTT Vilnius, Lithuania. (Sumber: NATO)

Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan meningkatkan upayanya dalam memerangi terorisme, seiring dengan kesepakatan yang dicapai antara Swedia dan Turki, sehingga negara Nordik itu mendapat lampu hijau bergabung dengan aliansi.

Itu disampaikannya usai pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan PM Swedia Ulf Kristersson, di sela-sela gelaran KTT NATO di Vilnius, Lithuania.

"Memorandum yang disepakati setahun yang lalu di KTT Madrid telah tercapai. Ini telah memberikan lebih banyak hal dalam perang kita melawan terorisme, keamanan yang lebih baik bagi Turki dan NATO yang lebih kuat," kata Stoltenberg dikutip dari situs NATO 12 Juli.

Salah satu penekanan Ankara mengenai persyaratan aksesi Stockholm adalah terkait Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Stoltenberg mengatakan, sejak KTT Madrid 2022 terkait dengan masalah keamanan, Swedia telah mengubah konstitusinya, mengubah undang-undangnya, secara signifikan memperluas kerja sama kontra-terorisme melawan PKK dan melanjutkan ekspor senjata.

"Kerja sama Swedia dengan Turki dalam memerangi terorisme akan terus berlanjut setelah aksesi," katanya, menyambut baik kesepakatan kedua negara untuk membentuk kemitraan keamanan bilateral yang baru.

"NATO juga akan secara signifikan meningkatkan pekerjaannya di bidang ini, dan saya akan membentuk, untuk pertama kalinya di NATO, jabatan Koordinator Khusus untuk Kontra-Terorisme," ungkap Stoltenberg.

"Menyelesaikan aksesi Swedia ke NATO adalah langkah bersejarah yang menguntungkan keamanan semua Sekutu NATO pada saat yang kritis ini. Hal ini membuat kita semua menjadi lebih kuat dan lebih aman," tandasnya.

Diketahui, Swedia dan Finlandia meninggalkan kebijakan netralnya dan mengajukan keanggotaan NATO pada tahun lalu, usai invasi Rusia terhadap Ukraina. Aksesi mereka harus disetujui oleh seluruh anggota NATO.

Finlandia telah terlebih dahulu mendapat persetujuan pada April lalu, meski harus 'menunggu lebih lama' persetujuan dari Turki dan Hongaria. Sedangkan Swedia masih harus bersabar lebih lama.

Dengan lampu hijau Turki, praktis Swedia tidak lagi memiliki rintangan untuk bergabunng dengan NATO, setelah sinyal serupa juga diberikan oleh Hongaria pada Hari Kamis.