Bagikan:

JAKARTA - Polisi Belanda terus melakukan penanganan aksi unjuk rasa pemberlakuan jam malam nasional akibat COVID-19 yang sudah memasuki hari keempat. Polisi setempat mengklaim unjuk rasa lebih tenang dibanding tiga hari sebelumnya yang relatif lebih rusuh.

Meski demikan, polisi masih melakukan penahanan terhadap 131 orang di seluruh wilayah Belanda, karena melanggar ketertiban umum dan penghasutan. 

"Itu lebih tenang di sekitar jam malam daripada hari-hari sebelumnya," pihak keamanan dalam pernyataannya melansir Euronews

“Sekelompok orang memang berkumpul di jalan-jalan di beberapa kota. Itu ada di Hulversum dan ibu kota Amsterdam,” lanjut pernyataan tersebut.

Aparat keamanan Belanda juga mencatat, banyak pengunjuk rasa yang berusia di bawah 25 tahun dan telah dihasut untuk berdemonstrasi melalui media sosial.

Untuk diketahui, protes kekerasan telah mengguncang Belanda setelah pemerintah sementara koalisi yang berkuasa Perdana Menteri Mark Rutte, mengumumkan pembatasan baru untuk memerangi penyebaran virus corona.

"Saya sangat memahami bahwa banyak orang di Belanda, termasuk saya sendiri, menganggap tindakan korona itu sulit," kata PM Rutte.

"Saya bahkan mengerti bahwa beberapa tidak setuju dengan mereka, tetapi itu tidak pernah bisa menjadi alasan untuk perilaku semacam ini," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, warga Belanda menolak pemberlakukan jam malam dan pembatasan akibat COVID-19, yang diberlakukan di seluruh wilayah Belanda hingga 9 Februari mendatang. Ratusan orang ditahan akibat unjuk rasa yang digelar sejak Minggu 24 Januari waktu setempat.