'Cinta Segitiga' Uni Eropa, AstraZeneca dan Inggris Bisa Hambat Vaksinasi Di Benua Biru
Ilustrasi vaksin. (Sam Moqadam/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Uni Eropa gagal membuat terobosan dalam pembicaraan krisis pasokan vaksin dengan AstraZeneca pada Rabu 27 Januari waktu setempat. Uni Eropa meminta AstraZeneca menjelaskan bagaimana produsen vaksin tersebut akan memasok kebutuhan Uni Eropa dengan vaksin cadangan dari pabrik di Eropa dan Inggris.

“Kami menyesali kurangnya kejelasan tentang jadwal pengiriman dan meminta rencana yang jelas dari AstraZeneca untuk pengiriman cepat jumlah vaksin yang kami simpan untuk Q1 (kuartal 1),” kata Komisaris Kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides melansir Reuters.

Sebelumnya, Kyriakides mengatakan dalam konferensi pers bahwa, dua dari empat pabrik tempat AstraZeneca berkomitmen untuk menyediakan vaksin ke UE berada di Inggris.

Namun, kondisinya jadi runyam setelah pernyataan soal lokasi pabrik yang disampaikan oleh AstraZeneca, berbeda dengan yang disebut Uni Eropa. Plus, Inggris yang bermitra dengan AstraZeneca merasa di atas angin. 

Ganggu vaksinasi

Kepala Eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan pada hari Selasa 26 Januari, bahwa kontrak UE didasarkan pada klausul upaya terbaik dan tidak mengikat perusahaan pada jadwal pengiriman tertentu. 

"Vaksin yang ditujukan untuk Uni Eropa diproduksi di empat pabrik di Belgia, Belanda, Jerman dan Italia," kata Soriot

vaksinasi
Ilustrasi vaksin Steven Cornfield Unsplash

Tetapi, pejabat Komisi Uni Eropa mengatakan pada Hari Rabu, bahwa kontrak tersebut menetapkan bahwa perusahaan juga telah berkomitmen untuk menyediakan vaksin dari dua pabrik di Inggris.

Kondisi ini semakin rumit, setelah Inggris yang telah keluar dari Uni Eropa, merasa lebih baik untuk membuat perencanaan program vaksinasi sendiri, daripada tetap mengikuti program Uni Eropa. Ini seperti diutarakan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

"Saya pikir kami mampu melakukan sesuatu secara berbeda, dan lebih baik, dalam beberapa hal (dari Uni Eropa)," katanya di parlemen.

Pekan lalu, AstraZeneca yang bermitra dengan Universitas Oxford dalam mengembangkan vaksin menyatakan, akan memotong pasokan vaksin ke Uni Eropa untuk kuartal pertama menjadi hanya sekitar 31 juta dosis atau 60 persen lebih sedikit dari yang disepakati sebelumnya. Alasannya, ada masalah produksi di pabrik Belgia.

Akibat sengkarut ini, program vaksinasi di Eropa bisa berjalan lebih lamban dibanding Inggris, situasi yang membuat masyarakat Eropa semakin frustasi karena gelombang ketiga COVID-19 sudah dimulai.

Misalnya di Madrid dan Catalonia, dua wilayah terkaya di Spanyol yang harus membatasi vaksinasi karena keterbatasan pasokan vaksin, meski gelombang ketiga penularan sudah terjadi.

Semakin kusut, sebuah pabrik di Wales yang memproduksi vaksin AstraZeneca, sempat mengalami evakuasi setelah menerima paket mencurigakan, sehingga penjinak bom dikerahkan untuk menangani situasi di pabrik tersebut. 

Untuk diketahui, Kontrak Uni Eropa dengan AstraZeneca adalah perjanjian pembelian di muka untuk penyediaan setidaknya 300 juta dosis asalkan vaksin tersebut disetujui sebagai vaksin yang aman dan efektif, dengan dosis yang diberikan secara bertahap. Ini diharapkan akan disetujui oleh European Medicines Agency (EMA).