Sekjen NATO Sebut Pemberontakan Wagner Menunjukkan Kesalahan Strategis Presiden Putin
Pasukan Wagner saat hendak mengundurkan diri dari Kota Rostov dengan laras tank secara simbolis ditutupi oleh bunga. (Wikimedia Commons/Fargoh)

Bagikan:

JAKARTA - Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut pemberontakan kelompok tentara bayaran Wagner Grup akhir pekan lalu, menunjukkan besarnya kesalahan strategi Kremlim dalam mengobarkan perang di Ukraina.

"Kejadian-kejadian pada akhir pekan lalu adalah masalah internal Rusia, dan satu lagi demonstrasi kesalahan strategis besar yang dilakukan Presiden (Vladimir) Putin dengan aneksasi ilegal Krimea dan perang melawan Ukraina," kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg kepada para wartawan dalam kunjungannya ke ibukota Lithuania, Vilnius Hari Senin, seperti mengutip Reuters 26 Juni.

Kebingungan atas kejadian-kejadian luar biasa pada akhir pekan lalu, membuat pemerintah Barat mencari-cari jawaban atas apa yang akan terjadi selanjutnya di negara dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia tersebut, termasuk soal perang di Ukraina.

Otoritas Rusia berusaha memulihkan suasana pada Hari Senin, setelah pejuang-pejuang Wagner menghentikan serangan cepat ke Moskow, menarik diri dari Kota Rostov di Rusia selatan yang direbut dan kembali ke pangkalan mereka pada Hari Sabtu, di bawah sebuah kesepakatan yang menjamin keselamatan mereka.

Sang komandan, Yevgeny Prigozhin, akan pindah ke Belarusia di bawah kesepakatan yang dimediasi oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, kata Kremlin.

Lebih lanjut Stoltenberg mengatakan, NATO sedang memantau situasi di Belarus, mengutuk keputusan Moskow menempatkan senjata nuklir di sana.

"Kami tidak melihat adanya indikasi Rusia sedang bersiap-siap untuk menggunakan senjata nuklir. Namun, NATO tetap waspada," katanya, seraya menambahkan daya tangkal NATO cukup kuat untuk menjaga rakyatnya tetap aman di "dunia yang lebih berbahaya".

Pada saat yang sama, Stoltenberg meyakinkan Kyiv akan dukungan berkelanjutan dari NATO.

"Jika Rusia berpikir mereka dapat mengintimidasi kami untuk mendukung Ukraina, mereka akan gagal. Kami akan mendukung Ukraina selama yang dibutuhkan," tegasnya.

Diketahui, Prigozhin yang merupakan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin sering mengkritik kepemimpinan militer di bawah Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Jenderal Valeri Gerasimov.

Berulang kali mengeluhkan masalah pasokan peluru dan logistik untuk anak buahnya berperang di Bakhmut, pekan lalu ia juga mengeluhkan belum diberikannya medali untuk anak buahnya yang berperang di Bakhmut.

Hari Jumat, Prigozhin berang dan menuduh Kementerian Pertahanan di balik serangan tentara Rusia terhadap kamp-kamp pasukan Wagner, sehingga melancarkan serangan ke Rostov sebelum menghentikan gerak majunya 200 kilometer dari Moskow.

Mengutip TASS, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Prigozhin dan anggotanya yang terlibat pemberontakan tidak akan dihukum, mengingat jasa dalam perang Ukraina. Mereka akan diberi kesempatan untuk menandatangani kontrak bergabung dengan militer Rusia dan kembali perang di Ukraina.