Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah mendorong penggunaan alat deteksi COVID-19 bernama GeNose di simpul-simpul transportasi umum seperti di stasiun kereta api, bandara, pelabuhan dan terminal. Khusus untuk kereta api, tes kesehatan menggunakan GeNose diwajibkan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan hal itu sesuai arahan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan untuk mendorong penggunaan alat GeNose pada transportasi umum. Budi berujar, Kemenhub telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, serta Satgas Penanganan COVID-19.

Menhub menuturkan penggunaannya akan dimulai pada 5 Februari 2021 pada stasiun KA terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di bandara.

Seperti diketahui, GeNose ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kelebihan dari alat ini di antaranya bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah dengan akurasi di atas 90 persen.

"Pada moda kereta api akan diterapkan secara wajib (mandatory) pada tanggal 5 Februari 2021," katanya, melalui siaran pers dikutip, Selasa, 26 Januari.

Namun, untuk moda transportasi darat seperti bus aturan ini belum diterapkan. Meksi begitu, Budi berujar, pihaknya akan melakukan pengecekan secara acak di terminal.

"Sedangkan angkutan bus tidak wajib, tapi akan dilakukan pengecekan secara random menggunakan GeNose mulai 5 Februari 2021, yang akan dimulai dari Pulau Jawa terlebih dahulu," jelasnya.

Budi Karya juga sudah melakukan uji coba penggunaan alat deteksi COVID-19 GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, pada Minggu, 24 Januari. Alat tersebut nantinya akan digunakan untuk mendeteksi COVID-19 kepada para penumpang bus angkutan umum Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP).

Alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut dapat digunakan di seluruh fasilitas-fasilitas transportasi umum seperti Terminal, Stasiun Kereta Api, Bandara, dan Pelabuhan.

Budi mengatakan, implementasi penggunaan tes kesehatan dengan GeNose bertujuan untuk membantu pemerintah dalam melakukan upaya 4 T (Tracking, Tracing, Testing dan Treatment).

Alasan wajib tes GeNose

Budi mengungkapkan alasan mengapa moda transportasi kereta api menjadi yang pertama untuk diterapkan pengecekan COVID-19 menggunakan GeNose. Hal itu, karena harga tiket pada rute tertentu lebih murah daripada pengecekan tes COVID-19 melalui Rapid Antigen atau PCR Test.

Lebih lanjut, Budi menyampaikan sudah memesan 200 unit untuk 44 titik stasiun di seluruh Jawa dan Sumatera.

"Karena kereta api ada jarak-jarak tertentu, katakan Jakarta-Bandung Rp100.000, kalau mesti antigen 100 ribu lagi itu kan mahal, apalagi tarif bus yang lebih murah lagi, ada yang cuma Rp40.000 hingga Rp50.000. Tapi dengan GeNose ini harganya hanya Rp20.000 (sekali cek). Apalagi kalau nanti dengan skala besar bisa lebih murah menjadi Rp15.000, jadi lebih terjangkau," ujarnya.

Budi mengaku sudah meminta Dirjen Perhubungan Darat untuk berkoordinasi dengan para Kadishub di seluruh Indonesia. Jika nanti saatnya dilakukan pengecekan secara acak (random) dan seseorang dinyatakan positif maka yang bersangkutan tidak dibolehkan untuk berangkat.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. (Irfan Meidianto/VOI)

Menhub mengimbau kepada masyarakat yang akan bepergian menggunakan transportasi bus agar tidak memaksakan diri untuk berangkat jika merasa tidak enak badan atau sakit, karena di terminal-terminal bus dilakukan pengecekan secara acak.

Harga tes kesehatan menggunakan GeNose

Ketua Tim Pengembang GeNose Prof. Kuwat Triyana menjelaskan secara resmi sudah dapat izin edar Kemenkes RI AKD 20401022883 untuk mulai dapat pengakuan regulator dalam membantu penanganan COVID-19 dalam screening cepat.

Ia berharap distribusi alat ini bisa dilakukan di bandara, stasiun kereta, tempat keramaian, termasuk rumah sakit. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga dapat mobile mendekati suspect COVID-19 dengan alat ini.

"Tapi pada tahun ini tidak memungkinkan pengadaan GeNose C19 untuk keperluan pribadi," katanya, dalam keterangan tertulis, Senin, 25 Januari.

Tim berharap bila ada 1.000 unit kelak maka akan mampu melakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari. Bila ada 10 ribu unit sesuai target di akhir Februari, maka Indonesia akan bisa menunjukkan jumlah tes COVID-19 per hari terbanyak di dunia yakni 1,2 juta orang per hari.

Kuwat mengatakan diharapkan dengan kemampuan test sebanyak itu bisa menemukan orang terinfeksi COVID-19 tanpa gejala (OTG) dan segera diambil Tindakan isolasi atau perawatan sehingga rantai penyebaran dapat segera terputus.

Sementara itu, kata Kuwat, biaya untuk satu kali tes kesehatan COVID-19 dengan GeNose hanya sekitar Rp15 ribu hingga Rp25 ribu. Hasil tes juga sangat cepat sekitar 2 menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa hembusan nafas juga dirasakan lebih nyaman dibanding usap atau swab.