JAKARTA - Kanselir Jerman mengatakan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus bersiap-siap untuk menghadapi perang panjang antara Rusia dengan Ukraina, sementara kepala aliansi mengatakan Kyiv akan bergabung pada waktu yang tepat tapi bukan bulan depan.
Keduanya bertemu di Berlijn, saat persiapan jelang pertemuan puncak tahunan aliansi yang kali ini digelar Vilnius, Lithuania, bulan depan, di mana para sekutu diharapkan berkomitmen untuk meningkatkan pengeluaran militer.
Jerman diketahui sedang berusaha agar industri senjatanya mampu memproduksi lebih banyak senjata untuk membantu Ukraina. Bersama anggota aliansi lainnya, mereka telah menyerahkan tank dan persenjataan berat lainnya untuk membantu Ukriana merebut kembali wilayahnya dari Rusia.
Meski demikian, Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam keterangan pers bersama Sekjen NATO Jens Stoltenberg Hari Senin mengatakan, para sekutu "harus bersiap-siap menghadapi perang agresi Rusia terhadap Ukraina yang akan berlangsung untuk waktu yang lama".
"Kami sedang mempersiapkan diri untuk itu dan menyelaraskan kebijakan-kebijakan kami untuk itu. Jerman akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Kami telah mencadangkan dana yang diperlukan dalam anggaran kami," terangnya, seperti dilansir dari The National News 20 Juni.
Sementara itu, Stoltenberg mengatakan Ukraina akan memiliki "posisi yang lebih kuat" dalam negosiasi di masa depan, jika mereka dapat merebut kembali wilayahnya dari Rusia.
Lebih jauh, sejumlah negara di Eropa mendorong agar Ukraina diberi jalan yang jelas menuju keanggotaan NATO. Namun, negara lain termasuk Jerman, melihatnya sebagai prospek yang lebih jauh.
"Kita semua ingin perang ini berakhir. Tetapi, perdamaian yang adil tidak bisa berarti membekukan konflik dan menerima kesepakatan yang didikte oleh Rusia," sebut Stoltenberg.
Moskow dan Barat telah saling menyalahkan satu sama lain atas prospek perundingan damai yang buntu, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan pada Hari Jumat, Kremlin terbuka untuk berdiskusi.
Dalam kesempatan yang sama, Stoltenberg mendorong para sekutu untuk meningkatkan janji pengeluaran pertahanan masing-masing negara anggota yang saat ini sebesar 2 persen dari PDB, tingkat belum bisa dipenuhi oleh banyak negara, termasuk Jerman.
Stoltenberg mengatakan, beberapa anggota NATO perlu mengeluarkan dana lebih dari 2 persen, agar aliansi ini dapat merealisasikan rencananya untuk meningkatkan kemampuan dan pasukan dengan kesiapan tinggi.
BACA JUGA:
"Saya tahu bahwa tidak pernah mudah untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan. Jika Anda membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan, maka akan ada lebih sedikit dana untuk perawatan kesehatan, pendidikan, dan hal-hal penting lainnya," ujar Stoltenberg.
"Tetapi kenyataannya adalah ketika kita hidup di dunia yang lebih berbahaya, kita harus membayar harga untuk berinvestasi lebih banyak di bidang pertahanan," tandasnya.
Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 namun gagal merebut Kyiv. Perang kemudian berubah menjadi perebutan wilayah yang brutal di garis depan wilayah selatan dan timur.