Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan identifikasi dan pengelompokan lahan merupakan bagian dari strategi dalam menghadapi dampak El Nino yang diprediksi terjadi pada semester II tahun 2023, dengan puncaknya pada Agustus 2023.

Mentan mengatakan, setiap kejadian El Nino atau pemanasan suhu muka laut yang bersifat ekstrem, berpotensi menyebabkan kekeringan sekitar 560 ribu hingga 870 ribu hektare lahan. Sedangkan pada masa normal hanya mempengaruhi 250 ribu hektare lahan.

"Untuk itu beberapa upaya yang akan dilakukan adalah identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning dan hijau," kata Mentan Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR dilansir ANTARA, Selasa, 13 Juni.

Menurut Syahrul, pengelompokan daerah bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan air pada tempat-tempat yang rawan pada kekeringan ekstrem.

Upaya lain yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah dengan percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan, peningkatan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) pertanian untuk percepatan tanam, serta membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, dan pompanisasi.

Selain itu, Kementerian Pertanian juga menyediakan benih lahan kekeringan, mengembangkan pupuk organik terpusat dan mandiri serta memberikan dukungan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) dan asuransi pertanian.

Syahrul mengatakan, El Nino berpotensi untuk menyebabkan kebakaran hutan dan lahan pertanian, gagal panen, kekurangan air bersih, kekeringan dan meningkatkan intensitas serangan hama.

"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dan adaptasi dalam upaya mengurangi dampak pada penurunan kapasitas produksi pangan," kata Syahrul.