Mentan Syahrul Limpo Sebut Tak Ada Sawah yang Berpeluang Tinggi Alami Kekeringan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (2/8/2023). ANTARA/Mentari Dwi Gayati

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tidak ada lahan sawah pada periode Juli hingga September 2023 yang diprediksi berpeluang tinggi dan sangat tinggi mengalami kekeringan.

“Untuk periode Juli-September 2023, prediksi luar risiko kekeringan untuk komoditas pada sawah di Indonesia berada pada kisaran antara rendah dan sedang,” kata Syahrul Limpo saat Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Antara, Rabu, 30 Agustus. 

Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Sumber Daya Lahan Pertanian (BBPSI SDLP) memprediksi risiko kekeringan kategori sedang secara nasional pada Juli mencapai 235.559 ha atau 3,35 persen terhadap total risiko kekeringan.

Pada Agustus terdapat prediksi kekeringan dengan total lahan sebanyak 3,41 persen atau 258.123 ha. Sedangkan pada September menurun menjadi 96.128 ha atau 1,27 persen terhadap total risiko kekeringan.

Syahrul menyampaikan bahwa produksi padi pada Semester 2 memang lebih sedikit dibandingkan musim panen raya yang berlangsung pada Maret hingga Mei lalu.

Potensi defisit antara produksi dan konsumsi pada Juli hingga September pun diprediksi berkisar antara 0,10-01,7 juta ton beras. Namun, kekurangan produksi padi pada Semester bisa ditutupi dengan panen padi yang tercatat surplus sejak Februari hingga Juni.

“Januari sampai Desember ada daerah sorted memang pada Oktober November Desember, tapi tertutupi dengan carrry over 4 juta ton waktu Mei-Juli,” ucapnya.

Kendati produksi padi diprediksi mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat di sepanjang tahun, Mentan menyebut bahwa pihaknya tetap berhati-hati pada dampak dari El Nino yang akan lebih menekan produksi petani.

Berdasarkan analisa Kementan, El Nino dengan dampak sedang akan mengurangi produksi beras hingga 380 ribu ton. Sedangkan El Nino yang sangat kuat akan mengurangi produksi sebanyak 1,2 juta ton.

“Itulah yang membuat kita harus membuat 500 ribu ha (lahan) penanaman baru, bukan lahan baru. Harus dilakukan dari daerah-daerah produktif dan berkontribusi bagus,” katanya.

Kementan melalui Gerakan Nasional (Gernas) El Nino tengah melakukan penambahan pertanaman sebanyak 500 ribu ha di 10 provinsi dan 100 kabupaten.

Sebanyak enam provinsi yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan akan menjadi provinsi utama penanaman karena merupakan daerah hijau yang memiliki ketersediaan air yang cukup di musim kemarau. Sedangkan empat provinsi pendukung adalah Lampung, Banten, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.