Dirut Transjakarta Keluhkan Pengadaan Bus Listrik Lebih Mahal Dibanding Berbahan Bakar Solar
Rapat Komisi B DPRD DKI bersama PT LRT Jakarta di DPRD DKI pada Rabu 7 Juni. (Diah-VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza mengaku pengadaan bus listrik yang akan ditambah untuk operasional angkutannya lebih mahal dibanding bus Transjakarta berbahan bakar solar yang telah beroperasi sejak lama.

Hal ini diungkapkan Welfizon dalam rapat kerja bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta dan jajaran Pemprov DKI Jakarta.

"Biaya investasi bus listrik saat ini kan masih cukup besar. Saat ini, kita bayar (pengadaan) bus listrik lebih kurang 30 persen lebih mahal dibandingkan solar," kata Welfizon di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu, 7 Juni.

Saat ini, Transjakarta telah mengoperasikan 30 unit bus listrik yang masuk dalam pengadaan tahun 2022. Rencananya, terdapat tambahan 70 bus listrik yang saat ini sedang dalam proses pengiriman.

Transjakarta juga berencana kembali menambahkan pengadaan ratusan bus listrik di tahun berikutnya.

Namun, yang menjadi kekhawatiran, modal pengadaan bus listrik akan lebih membengkak dibandingkan pengadaan bus berbahan solar. Hal ini, menurut Welfizon, bakal menambah beban subsidi dari APBD DKI kepada Transjakarta serta para operator swasta juga ikut dalam pengadaan bus listrik tersebut.

Karenanya, Welfizon berharap Pemprov DKI dan DPRD DKI Jakarta bisa mengupayakan kebijakan pemberian insentif bagi Transjakarta agar meringankan beban biaya pengadaan bus listrik dan kemudahan pengajuan kredit kepada operator swasta untuk membeli bus listrik ke lembaga pembiayaan.

"Kami mendorong agar insentif-insentif terkait bus listrik ini bisa diberikan oleh pemerintah. Dibutuhkan intervensi lembaga pembiayaan, sehingga prosesnya itu tidak membebani operator yang akan masuk dalam bus listrik," ujar Welfizon.

Seiring dengan itu, Transjakarta juga tengah melakukan evaluasi dari pengadaan serta pengoperasian bus listrik yang sudah mengaspal saat ini untuk merumuskan kebutuhan insentif yang diperlukan para operator.

"kita akan lakukan evaluasi, baik dari sisi bisnis dan finansialnya, dari sisi operasional dan layanan, dan juga dari sisi teknisnya. Makanya, kita lihat 100 unit bus listrik kita jalankan dulu, kita evaluasi, sambil mendorong regulasi-regulasi terkait relaksasi bus listrik ini bisa berjalan," pungkasnya.