Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza menyebut pihaknya berencana untuk menyulap bus-bus Transajakarta berbahan bakar solar yang telah beroperasi menjadi bus listrik.

Hal ini dilakukan untuk mengejar target 100 persen pengoperasian bus Transjakarta menjadi bertenaga listrik pada tahun 2030.

Saat ini, Transjakarta masih mempelajari model bisnis yang ditawarkan dari sejumlah perusahaan yang menyediakan jasa retrofitting.

"Beberapa pihak kita coba eksplor. Istilahnya retrofitting. Jadi, diesel, sasis, dan karoserinya masih bisa digunakan, engine-nya diganti yang tadinya menggunakan solar, itu diganti dengan baterai," kata Welfizon kepada wartawan, Jumat, 18 Agustus.

Pergantian bahan bakar pada bus Transjakarta lama ini, menurut Welfizon, bisa lebih menghemat 40 persen anggaran dibandingkan membeli bus listrik baru.

"Pengalaman di beberapa negara, ini salah satu inisiatif yang bisa mempercepat elektrifikasi dengan biaya yang relatif investment-nya lebih rendah dibandingkan kita harus full mengganti armada dengan kendaraan listrik," ungkap dia.

Rencananya, Transjakarta mulai retrofitting bus mereka pada 2024 mendatang. Pengubahan mesin dari yang sebelumnya berbahan bakar solar menjadi listrik ini dimulai dari bus-bus besar.

"Tahun depan kita rencanakan sudah mulai program retrofitting-nya. Tahun 2024 retrofit untuk kendaraan berukuran 12 meter, bus besar yang populasinya banyak. Retrofitting bisa ekonomis kalau populasi busnya 100. Lalu tahun 2025 itu mulai untuk kendaraan medium," urai Welfizon.

Sehubungan dengan hal itu, Transjakarta juga akan meminta Pempov DKI Jakarta memperbolehkan bus listrik yang mengalami retrofitting untuk mereset jangka waktu izin operasional dari awal.

"Transjakarta berharap bisa direset umurnya menjadi 0 lagi. Perda kita kan membatasi 10 tahun (umur bus beroperasi). Kalau misalnya ada bus di tahun ketujuh, terus di-retrofitting, kita berharap dari 0 lagi, jadi bisa dipakai 10 tahun ke depan," imbuhnya.