Bagikan:

JAKARTA - Kepala badan pengungsi PBB memperkirakan sekitar satu juta orang akan tercatat melarikan diri Sudan hingga Oktober mendatang, mengatakan konflik di sana berisiko meningkatkan perdagangan manusia dan penyebaran senjata di wilayah yang rawan.

Hingga saat ini, lebih dari 350.000 orang telah melarikan diri melintasi perbatasan Sudan, sejak perang antara tentara dan Rapid Support Forces (RSF) meletus pada tanggal 15 April, dengan sebagian besar menuju Mesir, Chad dan Sudan Selatan.

Sementara, lebih dari 1 juta orang telah mengungsi di dalam Sudan yang berpenduduk 49 juta jiwa, di mana pertempuran sengit telah melanda daerah-daerah pemukiman di ibu kota Khartoum, sedangkan kekerasan juga berkobar di wilayah barat Darfur.

UNHCR memperkirakan sekitar 800.000 orang Sudan dan 200.000 orang dari negara lain akan meninggalkan Sudan dalam waktu enam bulan, kata kepala badan pengungsi tersebut, Filippo Grandi, dalam sebuah wawancara di Kairo setelah melakukan kunjungan ke perbatasan Sudan.

"Proyeksi ini, bahwa dalam beberapa bulan ke depan kita akan mencapai angka yang tinggi ini, bahkan mungkin konservatif," katanya, melansir Reuters 29 Mei.

"Pada awalnya saya tidak percaya itu akan terjadi, tapi sekarang saya mulai khawatir," lanjutnya.

Negara-negara yang berbatasan dengan Sudan termasuk Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Ethiopia dan Libya, terpengaruh oleh konflik belum lama ini.

Runtuhnya hukum dan ketertiban di Sudan dan "banyak orang yang putus asa untuk pindah" akan menjadi lahan subur bagi perdagangan manusia, sementara senjata yang beredar melintasi perbatasan dapat menimbulkan lebih banyak kekerasan, kata Grandi.

"Kami telah melihatnya di Libya dengan Sahel. Kami tidak ingin hal itu terulang kembali, karena itu akan menjadi pelipatgandaan krisis dan masalah kemanusiaan," paparnya.

Terpisah, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meminta dana sebesar 470 juta dolar AS untuk respons pengungsi terhadap krisis Sudan selama enam bulan, jumlah yang menurut Grandi hanya didanai 1 persen, menambahkan sebuah konferensi janji donor "sangat dibutuhkan" dan komunitas internasional yang disibukkan oleh Ukraina tidak memberikan perhatian yang cukup.

"Anda dapat dengan jelas merasakan kesenjangan yang sangat berbahaya. Krisis ini memiliki potensi untuk mendestabilisasi seluruh wilayah dan lebih dari itu, seperti halnya yang terjadi di Ukraina, di Eropa," ujarnya.

Grandi mengatakan, UNHCR sedang berusaha untuk membangun kehadiran di Kota Wadi Halfa, Sudan utara, di mana banyak pria Sudan berusia 16-50 tahun terjebak dalam pengajuan visa untuk masuk ke Mesir, namun ia tidak yakin kapan hal ini dapat dilakukan. Sementara, wanita, anak-anak dan orang tua tidak memerlukan visa.

Ia juga mengatakan, bantuan perlu dikirim ke zona penyangga antara pos perbatasan Mesir dan Sudan, di mana mereka yang melarikan diri juga harus menunggu lama.

Diketahui, sejak konflik dimulai, hampir 160.000 orang telah menyeberang dari Sudan ke Mesir, yang sudah menjadi rumah bagi komunitas Sudan yang besar.