Bagikan:

JAKARTA - Turki selalu menyatakan komitmennya terhadap integritas teritorial, kedaulatan, dan persatuan politik Ukraina sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan, Kamis.

Turki memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Ukraina dan telah berusaha untuk menyeimbangkan hubungan melalui perang.

Di satu sisi, Turki menolak sanksi Barat terhadap Moskow, sementara di sisi lain juga mengkritik invasi Rusia serta memasok Kyiv dengan drone bersenjata.

"Kami akan melanjutkan upaya kami untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di masa depan. Misalnya, begitu kami kembali, kami akan memanggil para pemimpin lagi dan melanjutkan diplomasi telepon kami dengan mereka," ujar Presiden Erdogan kepada wartawan di New York, dilansir dari Daily Sabah 23 September.

Diterangkan olehnya, PBB harus mengambil inisiatif dan melakukan lebih banyak upaya untuk menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina.

"Sayangnya, PBB tidak dapat mengakhiri perang, tidak dapat menghentikan pertumpahan darah, juga tidak dapat menemukan solusi untuk krisis energi dan pangan yang muncul sebagai akibat dari perang," jelasnya.

"Upaya Sekretaris Jenderal PBB (Antonio Guterres) untuk menetapkan koridor gandum tentang masalah ini agak meyakinkan PBB, tetapi tidak ada keraguan bahwa lebih banyak upaya harus dilakukan untuk mengakhiri perang," sambung Presiden Erdogan.

Diketahui, PBB, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul pada 22 Juli untuk memulai kembali ekspor gandum dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang dihentikan sementara setelah perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari.

Presiden Erdogan menegaskan, satu-satunya tujuan Ankara adalah untuk mengakhiri pertumpahan darah, membangun perdamaian sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari.

"Kami selalu menyatakan komitmen kami terhadap integritas teritorial, kedaulatan, dan persatuan politik Ukraina sejak aneksasi Krimea pada tahun lalu. 2014," ungkap Presiden Erdogan.

"Sejak awal perang Ukraina-Rusia, kami telah menekankan bahwa langkah yang diambil Rusia saat ini tidak adil dan tidak dapat diterima," tandasnya.

Ditambahkan Presiden Erdogan, Turki mendukung diplomasi untuk menyelesaikan krisis dan masalah luar biasa