Bikin Simulasi Gempa di 25 Sekolah NTT, BPBD: Menyiapkan Pelajar Kita Tanggap Bencana
Ilustrasi. Presiden Jokowi meninjau Program Tagana Masuk Sekolah dan Kampung Siaga Bencana di SDN Panimbang Jaya 1, Banten, Senin 18 Februari 2019. (Antara-Puspa P)

Bagikan:

NTT - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menargetkan sebanyak 25 sekolah sebagai sasaran pelaksanaan simulasi tanggap bencana gempa bumi bagi para pelajar provinsi setempat.

"Simulasi tanggap bencana ini guna menyiapkan anak-anak pelajar kita yang tanggap bencana gempa bumi mengingat NTT merupakan wilayah rawan gempa," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT Ambrosius Kodo, Senin 29 Mei, disitat Antara.

Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan upaya edukasi tanggap bencana gempa bumi bagi pelajar di NTT.

Ambrosius menjelaskan, 25 sekolah yang menjadi sasaran kegiatan simulasi yang menggunakan dukungan Dana Alokasi Umum (DAU) specific grant tersebar Kota Kupang dan Kabupaten Kupang

Pelaksanaan simulasi, kata dia, sudah mulai berjalan pada beberapa sekolah seperti SMA Negeri 2 Kota Kupang, SMK Negeri 2 Kota Kupang, SMA Negeri 9 Kota Kupang, SMAK Giovanni, SMA Kristen Citra Bangsa, SMK Negeri 5 Kota Kupang dan SMK Muhammadiyah Kupang.

Ia menjelaskan, dalam simulasi, para pelajar diajarkan untuk mempraktikkan langkah-langkah penyelamatan diri di dalam ruangan kelas ketika terjadi gempa bumi hingga cara mengevakuasi korban.

Lebih lanjut, Ambrosius mengatakan pihaknya terus mendorong manajemen penanggulangan bencana berbasis individu. Setiap orang, kata dia, diharapkan peduli pada keselamatan diri sendiri karena tinggal di NTT yang rawan bencana.

Ia menambahkan, wilayah NTT sendiri dikelilingi dua sumber gempa potensial yakni sesar naik busur belakang (back arc thrust) di bagian utara Pulau Flores dan segmen megathrust Sumba.

Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya memulai dari sekolah-sekolah untuk pelaksanaan simulasi tanggap bencana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

"Anak-anak pelajar juga sudah akrab dengan teknologi informasi sehingga diharapkan ketika dibekali dengan pengetahuan tanggap bencana, mereka bisa jadi agen-agen untuk mensosialisasikan di keluarga, teman-teman, dan warga di lingkungan mereka," katanya.