PADANG - Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat melakukan edukasi kepada pelajar sekolah dasar (SD) di kota setempat tentang mitigasi bencana sebagai upaya meminimalkan risiko bencana.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Padang Edrian Edward mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada pelajar tata cara dalam melakukan evakuasi mandiri saat bencana gempa terjadi di Kota Padang.
Setelah melakukan sosialisasi, pelajar ini melakukan simulasi dengan membunyikan alarm penanda gempa terjadi dan siswa secara serentak bersembunyi di bawah meja. Ketika gempa usai mereka berbaris menuju lapangan yang disepakati sebagai titik kumpul.
"Setelah sampai di sana, mereka menghitung teman-teman mereka dan setelah lengkap lalu berjalan bersama menuju tempat yang lebih tinggi untuk melakukan evakuasi,"kata Edrian dikutip Kamis, 22 Juni.
Ia mengatakan melalui simulasi itu mereka jadi paham dan alhamdulillah anak-anak sekolah ini mereka paham dan mengerti apa yang disosialisasikan. Berbeda dengan orang dewasa, kalau anak SD itu daya ingat tinggi dan akan ingat selalu apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa dan tsunami.
Menurut dia edukasi kebencanaan ini juga masuk dalam program ekstra kuliner di sekolah namun sempat terhenti karena pandemi COVID-19.
Ia mengatakan, edukasi kebencanaan ini diperlukan bagi sekolah-sekolah yang berada di zona rawan tsunami atau yang memiliki jarak dekat dengan garis pantai.
Pada tahun 2023 ini ada lima kelurahan yang masuk program tanggap bencana BPBD Kota Padang yakni Kelurahan Batang Arau, Air Manis, Seberang Padang, Bukit Gado-Gado dan Kampung Pondok.
Sebelumnya sudah ada 17 kelurahan di Kota Padang yang diberikan sosialisasi dan simulasi kebencanaan oleh BPBD Kota Padang dengan target kelurahan yang berada di zona merah.
Salah satu kegiatan sosialisasi kebencanaan dilakukan di SD Tirtonadi yang melibatkan siswa sekolah dasar di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan, Sumatera Barat.
Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Suaidi Ahadi mengimbau warga Kota Padang, Sumatera Barat, agar mengenali pola guncangan gempa bumi yang terjadi sebagai upaya mitigasi bencana.
“Hal ini perlu dilakukan warga Padang karena kota ini merupakan daerah pesisir yang rawan gempa dan tsunami,” kata dia.
Menurut dia, sebagai daerah yang berada di kawasan Megathrust Mentawai warga Kota Padang harus belajar sehingga mereka dapat membedakan gempa yang terjadi. Apabila gempa kuat terjadi mengayun dan membuat manusia tidak dapat berdiri itu artinya gempa sudah memiliki magnitudo 7 ke atas dan berpotensi tsunami.
Jika gempa itu guncangan vertikal menandakan gempa berada tidak lebih 100 kilometer jaraknya dari lokasi berdiri.
BACA JUGA:
“Gempa dengan guncangan vertikal ini potensi tsunami cenderung kecil,” kata dia.
Sementara gempa dirasakan sangat kuat dan membuat tidak dapat berdiri, maka potensi tsunami sampai ke daratan hanya membutuhkan waktu 20 menit hingga 30 menit.
“Waktu ini tentu harus dimanfaatkan untuk melakukan upaya mitigasi,” kata dia.