Bagikan:

TANGERANG - Polisi menyelidiki kasus sales taksi yang diduga melakukan pemerasan terhadap penumpang pesawat dari Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang. Kasat Reskrim Polres Kota Bandara Soetta Kompol Reza Pahlevi mengatakan terduga pelaku berjumlah dua orang. Keduanya berinsial HS dan RS.

“HS perannya sebagai sales yang menawarkan kepada korban yang memakai sarana angkutan umum, sementara sodara RS adalah sebagai pengemudi dari kendaraan itu,” kata Reza saat dikonfirmasi, Kamis, 24 Mei.

Meski telah mengantongi indetitas pelaku, Reza belum bisa menindak lebih jauh soal dugaan pemerasan tersebut. Lantaran, korban yang bernama Feli Zuhendri sampai saat ini belum membuat laporan kepolisian.

"Namun demikian kami sudah berkoordinasi dengan pihak AP II selaku pengelola bandara dan Avsec setempat untuk melakukan penertiban terkait adanya aktivitas sales yang tidak terdaftar,” tutupnya.

Sebagai informasi, seorang penumpang pesawat bernama Feli Zuhendri mengaku diperas oleh sopir taksi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang.

Feli menceritakan saat dirinya tiba di Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang. Ia ditawarkan sales yang dikiranya merupakan taksi resmi di Bandara Soetta.

“Ada orang-orang berdiri di sekitarnya tuh, nawarin juga tuh. Nah hati-hati dengan mereka, kalau mereka bukan dari counter resmi jangan naik,” kata Feli saat dikonfirmasi, Selasa, 23 Mei.

“Jadi gua kena kasus kayak begini nih, jadi gua ditawarin ikut nih. Salesnya bilang nanti harganya bayar aja ke sopir taksi ini. Oke ya standar dong dari Soetta ke Jakarta itu Rp 350-400 ribu, tergantung macetnya,” sambungnya.

Di tengah jalan, sopir taksi itu pun merubah pelat nomornya, alasannya agar bisa masuk ke akses jalan ganjil genap.

Lebih lanjut, ia mulai merasa curiga, karena menurutnya, taksi bandara dengan berbagai pelat nomor bisa memastikan akses jalan ganjil genap di Jakarta.

"Begitu sampai di tempat tujuan, dia tagih gua Rp900 ribu. Untungnya gua sudah sering naik taksi ke Jakarta dari Soetta, jadi gua tahu harga normal," katanya.

Feli pun naik pitam, namun tetap santai saat sopir taksi itu meminta tarif sebesar Rp900 ribu. Dia yang merasa diperas pun sempat mengajak sopir itu untuk berkelahi.

"Langsung gua bilang "Harga normalnya itu Rp350-400 ribu, lu mau cari ribut? Kalau mau cari ribut, kita ribut, gua angkut nih". Karena gua ngomongnya santai, tenang, sopir taksinya jadi gugup sendiri. Gua bilang "Mana nomor telepon orangnya". Sopir taksinya telepon salesnya, enggak diangkat," ujarnya.

"Jadi teman-teman bisa bayangin yang dari daerah enggak ngerti apa-apa, begitu naik, enggak deal harga di depan, sampai tujuan ditagih Rp900 ribu. Untungnya gua galakin balik, dan akhirnya gua cuma bayar Rp400 ribu. Gua ancam, fotoin orangnya, nomor salesnya, gua bilang "gua akan cari ribut," ya gua ancam aja," tambahnya.

Feli mengaku, sebenarnya dia ingin memperpanjang masalah ini. Namun karena sudah letih dia pun memilih untuk menyelesaikannya dengan tenang.

"Sebenarnya pingin gua ributin lebih panjang lagi. Cuma udah capek, gua pingin buat konten, tapi konten gua sampai hilang saking emosinya. Untung tenang, jadi kalau kita tenang ngomongnya dengan santai walaupun kita marah, aura yang keluar itu biasanya lebih menyeramkan. Jadi bagi teman-teman yang terbang ke Terminal 3, be aware," pungkasnya.