Tiga Negara Paling Ramah LGBT
Ilustrasi foto (Jana Sabeth/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Isu yang menyangkut masyarakat lesbian, gay, dan transgender (LGBT) kerap kali menuai pro dan kontra, terutama di Indonesia. Bahkan, belum lama ini isu tersebut jadi trending topic di Indonesia, setelah seorang WNA asal Amerika Serikat (AS), Kristen Gray, menyebut Bali sebagai destinasi wisata yang ramah kehidupan LGBT.

Mayoritas masyarakat Indonesia memang resisten terhadap kaum LGBT. Bahkan banyak yang menganggap LGBT adalah penyebab banyak bencana alam.

Meski Indonesia menolak keberadaan LGBT, bukan berarti tidak ada negara yang menerima keberadaan mereka. Lalu, negara mana saja yang menerima keberadaan LGBT?

Asosiasi LGBT di Eropa, ILGA-Eropa, membuat peringkat 49 negara Eropa yang ramah dengan masyarakat LGBT. Peringkat tersebut didasarkan pada beberapa klasifikasi, seperti pelanggaran berat hak asasi manusia, diskriminasi, dan sebagainya. VOI akan merangkumkan 3 negara teratas yang ramah dengan LGBT, dilansir dari situs rainbow-europe.org

1. Malta

Malta telah dua kali dinobatkan sebagai negara Eropa yang paling menghormati hak masyarakat LGBT. Penghargaan itu diberikan oleh ILGA-Eropa.

Berdasarkan laporan Gay Guide Malta, hak-hak gay di negara itu meningkat dan berpengaruh pada reputasi Malta yang ramah dengan gay dalam konteks sosial.

Sebuah survei yang dilakukan 2016 menunjukkan 65 persen masyarakat Malta mendukung pernikahan sesama jenis. Angka tersebut meningkat 18 persen dibanding survei yang dilakukan pada tahun 2006.

2. Belgia

Belgia juga disebut negara yang ramah dengan hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Pada tahun 2003, negara ini jadi negara kedua di dunia yang memberikan izin bagi pasangan gay dan lesbian untuk menikah.

Dilansir dari situs thebulletin.be, awalnya negara tersebut memberlakukan peraturan yang mengharuskan kedua belah pihak negara yang mengakui pernikahan sesama jenis. Namun peraturan itu dicabut pada bulan Oktober 2004.

Kini, pasangan sesama jenis bisa menikah hanya dengan syarat telah tinggal di Belgia secara legal selama tiga bulan. Bahkan, pernikahan sesama jenis menyumbang sekitar 2,5 persen dari semua pernikahan di Belgia.

3. Luksemburg

Perdana Menteri Luksemburg, Xavier Bettel, adalah satu dari tiga kepala pemerintahan gay di dunia. Di tahun 2009, Bettel memberikan pidato di forum PBB. Di saat itu pula ia meminta para pemimpin dunia agar mengutuk kebencian pada LGBT.

"Homofobia adalah pilihan pribadi, dan kita harus melawannya," kata Bettel, dikutip dari NBC News.