Pendalaman Ilmiah Kenapa Ada Fiki Naki dan Mengapa Banyak yang 'Enggak Bisa Bahasa <i>Enggres</i>'
Meme enggak bisa bahasa enggres (Sumber: tangkapan layar YouTube)

Bagikan:

JAKARTA - YouTuber, Fiki Naki makin disorot setelah konten kolaborasinya dengan Dayana, gadis cantik asal Kazakhstan viral. Konten berisi obrolan dengan orang-orang bule di OmeTV menarik banyak penonton. Kemampuan multibahasa Fiki Naki tak jarang memacu orang untuk memelajari banyak bahasa. Kami mendiskusikan ini dengan doktor pendidikan bahasa Inggris untuk membahas kenapa ada orang yang begitu mudah menyerap pembelajaran bahasa Inggris ketika banyak juga orang yang "enggak bisa bahasa Enggres."

Kita mulai dari Fiki Naki. Pria asal Pekanbaru kelahiran 24 Juli 2000 dikenal fasih berbahasa Inggris, Rusia, Spanyol, Rumania. Karena kerap mendekati perempuan dengan kemampuan berbahasanya itu Fiki Naki pernah disebut 'fakboi' kelas internasional. 

Konten video YouTube yang ia unggah 11 Januari lalu, misalnya. Dalam video itu Naki berkenalan dengan Dayana di OmeTV. Dalam pertemuan itulah Naki unjuk gigi. Ia memulai pembicaraan dengan Dayana menggunakan bahasa Inggris. Naki bilang bahasa Inggris adalah bahasa keduanya setelah bahasa Indonesia.

Setelah pembicaraan mulai mengalir, Dayana yang siaran bersama temannya terperangah ketika Naki mengetahui apa yang sedang mereka berdua perbincangkan dalam bahasa Rusia. Dayana yang sebelumnya memuji ketampanan Naki semakin dibuat kagum dengan kemampuan bahasa Rusia Naki.

Dalam gimmick tayangan, tiba-tiba Dayana mengajak Naki menikah. Naki mengiyakan. Cerita belum berakhir sampai di situ. Dayana semakin dibuat kagum tatkala Naki mengatakan ia juga mahir berbahasa Spanyol dan Italia. Dayana semakin penasaran dengan anak kuliah semester tiga itu. Dayana bertanya pada Naki bagaimana dirinya dapat mempelajari multibahasa. 

Tangkap layar perbincangan Dayana dan Fiki Naki (Sumber: YouTube)

"Kamu keren banget. Ada orang yang mengajari tau belajar sendiri?" tanya Dayana, dalam bahasa Rusia. "Belajar sendiri," kata Naki.

Naki mengakui dirinya baru memelajari bahasa Rusia selama sebulan. Namun, Naki mengaku ia lebih andal berbicara Spanyol daripada Rusia. Padahal ia baru memelajari bahasa Negeri Matador itu selama sepekan. Naki mengagumkan, tentu saja. Lebih dari itu, pernyataan-pernyataannya menggelitik rasa penasaran kami. Bagaimana seseorang bisa dengan mudah memelajari bahasa asing ketika orang lain kesulitan.

Faktor penting

Untuk menjawab hal itu, VOI menghubungi seorang pengajar bahasa Inggris, Itje Chodijah. Ia sudah lebih dari tiga dekade berkecimpung di dunia pengajaran dan pelatihan. Menurut Itje ada faktor bawaan bagaimana seseorang bisa jadi lebih cepat menyerap dan mempraktikkan bahasa asing. Hal itulah yang membuat kemampuan orang memelajari bahasa berbeda-beda.

Itje, yang merupakan doktor dari Program Pendidikan bahasa Inggris UPI, Bandung menjelaskan hal ini lewat perspektif multiple inteligence, yang menjelaskan ada sembilan karakteristik dari cara kerja otak manusia. "Ada orang yang punya kelebihan di bidang space, seperti arsitektur. Lalu ada kecerdasan matematis, kecerdasan bahasa, kecerdasan interpersonal, intrapersonal, kecerdasan natural yang berhubungan dengan alam," katanya, dihubungi Selasa, 19 Januari.

Sementara, untuk orang yang lebih pandai berbahasa, Itje menyebut mereka memiliki aptitude language atau kecerdasan bahasa. "Itu konstruksi secara biologis."

Anak Itje sendiri, misalnya. Dari dua anak Itje, ada satu yang memiliki kecerdasan bahasa yang sangat tinggi. "Begitu dia belajar bahasa Italia, dia segera bisa cepat menangkap, kemudian ketika menggunakan bahasa itu, intonasinya sudah mirip sekali dengan orang Italia."

Itje Chodijah (Twitter/@jee_2018)

Pendapat Itje diperkuat dengan sebuah penelitian yang diterbitkan The Journal of Neuroscience pada 2016. Penelitian yang dikutip Daily Mail itu mengungkapkan adanya koneksi saraf antara berbagai jaringan di bagian otak yang disebut gyrus temporalis superior (STG). STG adalah bagian otak yang tertelak di dekat telinga atas. 

Dari situ diketahui berbagai daerah di otak manusia berkomunikasi satu sama lain bahkan ketika seseorang sedang beristirahat. Dan kekuatan koneksinya berbeda-beda tiap invdividu. 

Kendati demikian, kata Itje tidak ada orang yang tak memiliki bakat berbahasa sama sekali. "Hanya, kalau yang punya language aptitude yang tinggi itu bisa lebih cepat. Hanya persoalan seberapa cepatnya saja," kata dia.

Ilustrasi foto (Avel Chuklanov/Unsplash)

Oleh karena itu, Itje menjelaskan masuk akal bila ada orang yang bisa mempelajari bahasa asing hanya dalam satu minggu, seperti halnya yang diklaim Naki. Menurutnya, seberapa metode seperti apa yang digunakan menjadi faktor penentu apakah seseorang bisa melakukan hal itu atau tidak. 

"Tergantung, seminggu itu kalau belajarnya sehari sepuluh jam mungkin bisa. Bukan berapa harinya, tapi berapa lama dia menggunakan bahasa dan seberapa efektif pendekatan yang dianut dalam pembelajaran tersebut," jelas Itje.

Mengapa sulit?

Namun, tak semua orang memiliki cara kerja otak seperti Naki. Bahkan tak sedikit orang yang merasa sudah bertahun-tahun belajar bahasa asing namun tetap saja tak dapat menguasainya. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Pakar Pendidikan Itje Chodijah punya jawabannya. Kata dia, untuk mengatasi hal itu, kita perlu mengetahui untuk apa tujuannya mempelajari bahasa. 

"Mau berkomunikasi kah? Mau bisa membuat laporan dalam bahasa inggris kah? Atau mau apa? Jadi ditentukan tujuannya. Nah nanti keberhasilan itu ditentukan oleh tujuan tersebut, apakah tercapai atau tidak," jelas Itje.

Sebab kata Itje, mempelajari bahasa itu memang tak ada kata selesai. "Saya meskipun sudah mengajar bahasa Inggris dalam waktu yang lama, melatih guru bahasa Inggris, tetap saja ada wilayah tertentu yang perlu dipelajari," kata dia.

Penjelasan ini cocok dengan apa yang dialami Naki. Dalam video YouTubenya Naki sempat mengaku kepada Dayana bahwa ia sebenarnya agak lemah dalam soal teori, ia hanya lebih unggul dalam berbicara bahasa asing. 

Selain itu, faktor lain yang membuat sulitnya belajar bahasa asing adalah karena kita takut salah. "Grammar-nya salahlah, itu lama-lama menghantui. Jadi yang paling muncul adalah rasa takut salahnya," kata orang yang memerolah Master dari Universitas Marwick Inggris tersebut.

Metode yang benar

Masih menurut Itje, tak bisa dipungkiri bahwa motivasi adalah salah satu faktor terbesar yang menjadi penentu keberhasilan seseorang belajar bahasa asing. Sementara nomor duanya tak boleh merasa rakus. 

"Jangan-jangan, kalau dalam konteks Indonesia, belajar bahasa itu kepingin dapet semua, kepingin grammarnya bagus. Enggak adalah, enggak bisa orang otomatis langsung dapat semua," ujar Itje.

Itje mencontohkan, ketika tujuan belajarnya untuk berbicara, maka seseorang harus bisa memulainya dengan terbata-bata. Lalu ketika sering dilatih dengan orang lawan bicara yang bisa bahasa Inggris, "akan terjadi mekanisme dalam diri kita untuk mengoreksi diri sendiri," katanya.

"Waktu ngomong 'oh iya harusnya seperti ini ya.' Semakin sering kita mengoreksi kesalahan diri sendiri, maka semakin bagus," jelas Itje.

Oleh karenanya, untuk bisa menguasai bahasa asing maka kita harus menguasai strateginya. "Dan metode balajar itu sebenarnya cuma satu: terus berlatih," pungkasnya.