Bagikan:

JAKARTA - Petahana Presiden Amerika Serikat Joe mengumumkan pencalonan dirinya dalam pemilihan presiden tahun 2024 mendatang pada Hari Selasa, dengan janji untuk melindungi kebebasan Amerika dari "ekstremis" yang terkait dengan mantan Presiden Donald Trump.

Pengumuman itu dibuat dalam video yang diproduksi dengan apik yang dirilis oleh tim kampanye barunya, dibuka dengan citra dari serangan 6 Januari 2021 di Capitol Hill, Washington oleh pendukung Trump.

"Ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden empat tahun lalu, saya mengatakan kami sedang berjuang untuk jiwa Amerika, dan kami masih melakukannya," kata Joe Biden, melansir Reuters 25 April.

"Ini bukan waktunya untuk berpuas diri. Itu sebabnya saya mencalonkan diri kembali," lanjutnya.

"Ayo selesaikan pekerjaan ini. Aku tahu kita bisa," seru politisi Partai Demokrat ini.

Untuk pencalonannya kali ini, Joe Biden kembali menggandeng pasangannya dalam Pemilu lalu yang juga petahana Wakil Presiden Kamala Harris, yang sosoknya juga ditampilkan dalam video kampanye.

Mengkritik platform Partai Republik sebagai ancaman terhadap kebebasan Amerika, Biden bersumpah untuk melawan upaya membatasi perawatan kesehatan wanita, memotong Jaminan Sosial dan pelarangan buku hingga mengecam "ekstrimis MAGA".

MAGA adalah akronim dari slogan "Make America Great Again" dari Trump, yang tengah bersaing untuk menjadi calon presiden dari Republik. Jika menang, dia akan berhadapan lagi dengan Biden pada Pemilu November 2024.

Berbeda dengan Trump, Biden yang mencalonkan diri sebagai petahana, kemungkinan tidak akan menghadapi banyak persaingan dari dalam partainya.

Tidak ada Demokrat senior yang menunjukkan tanda-tanda menantangnya dan dia telah menyusun dewan baru untuk menasihati kampanyenya, termasuk gubernur J.B. Pritzker dari Illinois dan Josh Shapiro dari Pennsylvania.

Dalam video kampanyenya, Biden dengan tepat menargetkan Trump dan sekutunya.

"Di seluruh negeri, ekstrimis MAGA berbaris untuk mengambil kebebasan dasar itu, memotong Jaminan Sosial yang Anda bayarkan seumur hidup Anda, sambil memotong pajak untuk orang yang sangat kaya, mendikte keputusan perawatan kesehatan apa yang dapat dibuat wanita, melarang buku dan memberi tahu orang-orang. siapa yang dapat mereka cintai, sambil mempersulit Anda untuk dapat memilih," kritik Biden.

Meski demikian, Biden (80) harus mengatasi kekhawatiran orang Amerika tentang usianya untuk memenangkan pemilihan kembali, dengan 44 persen pendukung Demokrat mengatakan dia terlalu tua untuk mencalonkan diri, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang diselesaikan pada Hari Senin.

Setali tiga uang, Trump (76) juga menghadapi kekhawatiran tentang usianya, dengan 35 persen dari pendukung Partai Republik mengatakan dia terlalu tua.

Menariknya, jjak pendapat menunjukkan mayoritas pemilih terdaftar tidak ingin Biden atau Trump mencalonkan diri lagi.

Usia Biden membuat pencalonannya kembali menjadi pertaruhan bersejarah dan berisiko bagi Partai Demokrat, terutama jika dia menghadapi kandidat Republik yang jauh lebih muda.

Ia akan berusia 86 tahun pada akhir masa jabatan kedua yang prospektif, hampir satu dekade lebih tinggi dari harapan hidup rata-rata pria AS.

Kendati, dokter menyatakan Biden, yang tidak minum alkohol dan berolahraga lima kali seminggu, "cocok untuk bertugas" setelah pemeriksaan pada Februari. Sementara, Gedung Putih mengatakan catatannya menunjukkan bahwa dia cukup tajam secara mental untuk kerasnya pekerjaan itu.

Terpisah, dalam sebuah pernyataan tentang pencalonan Biden, Trump mengkritik presiden atas catatannya tentang imigrasi, inflasi, dan penarikan AS yang kacau dari Afghanistan pada tahun 2021.

"Keluarga Amerika dihancurkan oleh inflasi terburuk dalam setengah abad. Bank bangkrut. Kami telah menyerahkan kemandirian energi kami, sama seperti kami menyerah di Afghanistan," kritik Trump di platform media sosialnya.