Bagikan:

JAKARTA - Tentara Gurkha terakhir yang menerima penghargaan dari mendiang Ratu Elizabeth II karena keberaniannya dalam konfrontasi menghadapi pasukan Indonesia, meninggal dunia Sabtu pekan lalu.

Kapten Rambahadur Limbu yang tergabung dalam pasukan Gurkha Inggris sekaligus penerima The Victoria Cross terakhir yang masih hidup, wafat dalam usia 83 tahun, meninggalkan seorang istri Eunimaya dan tiga anak.

Sebelumnya, dia menjalani perawatan di Rumah Sakit Mediciti yang berbasis di Lalitpur, Nepal. Dia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 3:45 pagi, menurut rumah sakit, dikutip dari The Kathmandu Post 25 April.

Rambahadur Limbu berusia 26 tahun, saat ia dianugerahi penghargaan militer tertinggi Inggris oleh Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham pada tahun 1966, atas keberaniannya selama serangan terhadap pasukan Indonesia di Pulau Kalimantan, di mana ia menyelamatkan dua rekan prajuritnya.

Limbu yang saat itu adalah seorang kopral pada 2nd Battalion of the 10th Princess Mary’s Own Gurkha Rifles, menjalankan misi pada November 1965, bagian dari konflik "konfrotasi" tiga tahun yang dikenal sebagai Pertempuran Bau yang dipicu oleh penentangan Indonesia terhadap pembentukan Malaysia.

Dalam operasi yang diberi nama Time Keeper, Kompi C Batalyon ke-2 tempat Limbu berdinas, diperintahkan melintasi perbatasan untuk mengetahui posisi posisi musuh. Laporan intelijen menunjukkan bahwa ada sekitar 30 sampai 40 musuh di Gunong Tepoi, sebuah bukit terpencil setinggi sekitar 500 kaki di ujung barat pegunungan Jagoi, melansir Telegraph.

Serangan lintas batas pasukan Gurkha di perbatasan pegunungan yang tidak jelas antara Sarawak barat dan Indonesia dikenal sebagai "perang rahasia". Strateginya, bahkan tidak disinggung dalam siaran pers resmi karena takut mengundang kecaman dari seluruh dunia

"Dia telah menjadi figur dan teladan keberanian Gurkha selama beberapa generasi dari anggota dan tentara Gurkha. Kehilangannya akan sangat dirasakan oleh semua orang yang telah dia ilhami," sebut Asosiasi Brigade Gurkha seperti melansir The Guardian.

Mengenai insiden yang membuatnya dianugerahi Victoria Cross untuk keberanian militer, dia mengatakan kepada Mirror pada tahun 2014: "Saya tidak berpikir saya akan ditembak. Yang saya pedulikan hanyalah menyelamatkan teman-teman saya."

Limbu juga menerima The Royal Victorian Order—Member (MVO), penghargaan yang diberikan untuk layanan luar biasa, penting atau pribadi kepada kedaulatan Inggris.

Belakangan, Kapten Limbu meninggalkan Angkatan Darat Inggris pada tahun 1985, setelah naik pangkat untuk kemudian berdinas di Brunei Darussalam. Limbu kemudian pensiun pada tahun 1992 dan tinggal di Kota Damak, Nepal Timur.

Pada tahun 2014, Limbu pergi ke Westminster untuk berbicara selama Penyelidikan Kesejahteraan Gurkha tentang keprihatinan atas hak pensiun, tanggungan orang dewasa, kompensasi, perlakuan yang sama untuk janda Gurkha dan perawatan medis gratis untuk veteran di Nepal serupa dengan yang disediakan untuk pensiunan di Inggris.

Tahun berikutnya, ia ambil bagian dalam parade perayaan 200 tahun sejarah Brigade Gurkha yang dihadiri Ratu Elizabeth II dan Pangerang Philip, menurut Hello. "Brigade Gurkha lebih dari sekedar kekuatan tempur, itu juga — dalam arti sebenarnya — sebuah keluarga," ujar Raja Charles III yang ketika itu masih berstatus Pangeran.

Terpisah, Duta Besar Inggris untuk Nepal, Nicola Pollitt, melakukan perjalanan ke Damak pada September 2022 agar Limbu menandatangani buku belasungkawa untuk Ratu Elizabeth II setelah kematiannya.

"Dia menandatangani buku itu, mengingat dengan bangga dan sedih pengabdiannya yang panjang untuk Yang Mulia," cuit Pollitt.

Pada pemakaman Ratu Elizabeth II Bulan September tahun lalu, 17 dari 23 penerima Victoria Cross dan George Cross untuk keberanian sipil hadir, termasuk satu dari Selandia Baru dan empat dari Australia.

Diketahui, Brigade Gurkha terdiri dari tentara Nepal yang telah direkrut menjadi tentara Inggris sejak perjanjian damai antara kedua negara ditandatangani pada tahun 1815.