"Jeda kemanusiaan sangat penting artinya saat ini. Tanpa Jeda kemanusiaan, maka akan sulit lakukan evakuasi dan memberikan bantuan kemanusiaan," ujar Retno dalam press briefing yang digelar secara daring, Kamis 20 April.
Retno menambahkan jika saat ini KBRI Khartoum terus melakukan komunikasi dan permintaan perlindungan WNI kepada Kementerian Luar Negeri Sudan.
"Saya juga telah mengirim pesan ke Menlu Sudan untuk meminta pembicaraan per telepon. Namun sampai saat ini belum ditanggapi," lanjut Retno.
Selain itu, Dirjen Aspasaf Kemlu RI juga telah melakukan kontak dengan Dubes Sudan di Jakarta yang mengirimkan pesan yang sama untuk melakukan komunikasi dengan Menlu Sudan guna meminta perlindungan terhadap misi diplomatik dan juga keselamatan WNI kita yang ada di Sudan.
"Dubes RI Khartoum juga terus melakukan koordinasi dengan misi asing yang ada di Sudan," imbuhnya.
Sebagai informasi, jumlah WNI yang tercatat di KBRI Khartoum adalah sebanyak 1.209 orang yang sebagian besarnya merupakan pelajar dan mahasiswa dan bertempat tinggal di Khartoum.
"Sejak awal terjadinya konflik bersenjata, KBRI Khartoum terus melakukan kontak dengan para WNI," lanjut Retno.
Kemlu RI dan KBRI Khartoum juga telah mengadakan pertemuan virtual dengan para WNI dan berbagai organisasi masyarakat Indonesia di Sudan guna memberikan update situasi keamanan dan menjelaskan langkah-langkah kontingensi.
KBRI Khartoum juga telah bekerja sama dengan berbagai organisasi kemasyarakatan Indonesia di Sudan juga telah mendistribusikan bahan pangan dan logistik
kepada WNI yang memerlukannya.
"Pemberian bantuan logistik tidak mudah dilakukan di tengah pertempuran yang terus terjadi. Tentunya, keselamatan selalu menjadi prioritas utama," kata dia.
Adapun saat ini Tim Perlindungan WNI dari KBRI Khartoum telah berhasil mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi pertempuran ke safe house di KBRI Khartoum.
BACA JUGA:
Sekali lagi saya ingin garis bawahi bahwa keselamatan adalah prioritas utama," pungkasnya.