Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah sejauh ini berhasil mengevakuasi 995 warga negara Indonesia (WNI) dari wilayah konflik di Sudan, baik yang sudah dipulangkan ke Jakarta maupun yang masih berada di sejumlah negara, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Hari Jumat.

Menlu Retno menjelaskan, evakuasi WNI dari Sudan dirancang dengan sangat matang, secara senyap tapi cepat.

"Evakuasi yang kita lakukan dari Sudan kita rancang dengan sangat matang dan seperti yang kita lakukan, kita jalankan melalui sebuah operasi yang senyap tapi cepat," terang Menlu Retno dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat 5 Mei.

"Kenapa kita selalu memilih operasi yang senyap? karena semua menyangkut safety dan security dari WNI yang akan kita evakuasi, karena situasi setempat selalu sangat dinamis, sangat cair dan dapat mengancam keselamatan para WNI," papar Menlu Retno.

Lebih jauh dikatakan olehnnya, saat sejumlah negara masih berusaha untuk mengevakuasi warganya dari Sudan, Indonesia berhasil mengevakuasi sebagian besar warga negaranya.

menlu retno marsudi
Menlu Retno Marsudi. (Kementerian Luar Negeri/Abi)

Per hari ini, jumlah WNI yang telah dievakuasi keluar dari Sudan mencapai 995 orang. Rinciannya, 931 orang dievakuasi via Jeddah (Arab Saudi), 15 orang via Mesir, 6 orang via UEA dan 3 orang via Ethiopia.

Sementara, jumlah total WNI yang berhasil pulang ke Indonesia mencapai 934 orang. Rinciannya, 385 orang pada 27 April, 363 orang pada 29 April, 75 orang pada 30 April, 100 orang pada 1 Mei, serta pemulangan mandiri sebanyak 11 orang.

Adapun WNI yang berhasil dievakuasi tapi masih di luar negeri jumlahnya sebanyak 21 orang, meliputi 2 di Jeddah, 10 di Mesir, 6 di UEA dan 3 di Ethiopia.

"Sementara WNI yang masih berada di Sudan adalah 64 orang termasuk 13 staf KBRI. Sebagian besar dari 64 dikurangi dari KBRI, adalah warga negara yang memang memilih untuk tinggal karena alasan keluarga," terang Menlu Retno.

"Ada satu yang masih dirawat di rumah sakit di Port Sudan, dan kita terus memantau, mendampingi kondisi beliau selama perawatan di Kota Port Sudan," tandas Menlu Retno.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menambahkan, KBRI di Khartoum masih berjalan secara organisasi, meski mayoritas staf kini di Port Sudan.

"KBRI Khartoum masih beroperasi di dalam Sudan, masih ada dua orang staf di sana. Sementara sebagian besar lainnya beroperasi dari Port Sudan. Dalam konteks organisasi tetap beroperasi di dalam Sudan, untuk memastikan semua kepentingan kita dapat terlaksana," tambahnya.