Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengungkapkan perkembangan dan kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini bertempat tinggal di Sudan.

Retno mengungkapkan jika hingga hari ini tim perlindungan KBRI Khartoum telah mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi konflik ke safe house yang terletak di KBRI Khartoum.

"Tim perlindungan sudah berhasil mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi ke safe house di KBRI. 43 WNI saat ini berada di KBRI Khartoum. Status keamanan saat ini siaga 1," ujarnya dalam Press Briefing, Kamis 20 April.

Retno menambahkan jika pihaknya juga sudah mendistribusikan bantuan logistik kepada WNI yang terdampak pertempuran di Sudan yang mayoritasnya berstatus mahasiswa dan pekerja migran.

"Upaya kami menyalurkan bantuan juga mengalami tantangan karena pertempuran antara pihak bertikai masih berlangsung dan beberapa kali wisma milik Indonesia dan KBRI terimbas dan alhamdulillah WNI dan staff dalam keadaan selamat," lanjut Retno.

Dalam kesempatan yang sama ia juga mengimbau WNI yang saat ini berada di Sudan dan keluarga WNI yang berada di Indonesia untuk tetap tenang selagi Kementerian Luar Negeri berupaya memberikan perlindungan maksimal kepada WNI di Sudan.

Perlu diketahui, saat ini jumlah WNI yang berada di Sudan berjumlah 1209 orang.

Sejak konflik pecah pada 16 April yang lalu, lanjut Retno, pihak KBRI Khartoum terus melakukan kontak melalui pertemuan virtual dengan para WNI dan berbagai organisasi masyarakat Indonesia di Sudan guna memberikan update situasi keamanan dan menjelaskan langkah-langkah kontingensi.

"Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk dapat melakukan evakuasi dengan terus mempertimbangkan keselamatan WNI. Sekali lagi saya ingin garis bawahi bahwa keselamatan adalah prioritas utama," tegas Retno.

Ia menambahkan, berdasarkan komunikasinya dengan Dubes RI di Khartoum, diketahui jika hingga saat ini belum ada evakuasi WNA dari Khartoum.

"Jadi belum ada evakuasi, atau belum ada yang berhasil mengevakuasi warga negaranya dari Khartoum, karena sekali lagi kondisi keamanan yang tidak memungkinkan," lanjut Retno.