Bagikan:

JAKARTA - Kompetisi berburu kucing oleh anak-anak di Selandia Baru akhirnya dibatalkan menyusul derasnya kritikan. Di Selandia Baru, kucing liar dinilai sebagai hama.

Anak-anak muda diberitahu untuk tidak membunuh hewan peliharaan, tetapi sebaliknya mereka didorong untuk membunuh kucing liar sebanyak mungkin untuk mendapatkan hadiah. Peristiwa tersebut langsung menuai kecaman dari kelompok kesejahteraan hewan.

Society for the Prevention of Cruelty to Animals Selandia Baru pada Selasa kemarin lega dengan pembatalan ini. Seorang perwakilan berpendapat bahwa anak-anak, bersama dengan orang dewasa, tidak akan dapat membedakan antara "kucing peliharaan yang liar, tersesat, atau ketakutan", menurut AFP dikutip via BBC, Rabu, 19 April. 

Ada juga kekhawatiran bahwa kucing rumahan bisa terjebak dalam baku tembak, kata salah satu mantan sponsor perburuan itu kepada outlet media lokal Stuff.

Acara tersebut telah diumumkan sebagai bagian dari perburuan penggalangan dana bulan Juni untuk sebuah sekolah lokal di Canterbury di Pulau Selatan. Kompetisi setiap tahun biasanya menampilkan ratusan --termasuk anak-anak-- untuk bersaing membunuh babi hutan, rusa, dan kelinci.

Sedangkan penyelenggara Kompetisi Berburu Canterbury Utara mengaku telah mendapatkan kecaman lewat email yang disebut 'keji dan tidak pantas.'

"Kami kecewa dan meminta maaf kepada mereka yang bersemangat untuk terlibat dalam sesuatu yang melindungi burung asli kami, dan spesies rentan lainnya," tulis grup tersebut di Facebook dikutip lewat BBC. 

Postingan tersebut menerima lebih dari 100 komentar dari pengguna, banyak di antaranya justru membela acara tersebut. Orang-orang mengatakan perburuan itu bisa menjadi 'pemusnahan terkendali'

"Andai saja orang tahu kerusakan yang ditimbulkan kucing liar di sekitar tempat itu," tulis seorang warga setempat.

"Mereka juga (memiliki) efek pada pertanian kita. Kucing liar membawa penyakit... kami hanya akan terus menembak mereka selama kami terus melihatnya," lanjut mereka.

Langkah-langkah untuk mengendalikan populasi kucing liar menjadi bahan perdebatan sengit di Selandia Baru, di mana hewan tersebut merupakan ancaman utama bagi spesies asli dan keanekaragaman hayati negara tersebut.

Kelompok konservasi terbesar di Selandia Baru, Royal Forest and Bird Protection Society, memperkirakan bahwa kucing liar dapat bertanggung jawab atas kematian sebanyak 1,1 juta burung asli setiap tahun, serta puluhan juta burung nonpribumi.