JAKARTA - Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta mengkritik keputusan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono terkait rekayasa lalu lintas di simpang Santa, yakni pada Jalan Wijaya I-Jalan Wolter Monginsidi-Jalan Suryo, Jakarta Selatan.
Dalam rekayasa ini, terjadi penutupan akses jalan dari Jalau Wijaya I menuju Jalan Wolter Mongonsidi lalu Kapten Tendean, sehingga mengharuskan pengendara melaju di jalan Gunawarman, Jalan Suryo, kemudian ke arah Kapten Tendean.
Ternyata, rekayasa lalin ini mengakibatkan kemacetan, terutama pada ruas-ruas yang kini dilalui pengendara akibat penutupan simpang Santa.
Ismail memandang, kemacetan yang ditimbulkan di kawasan sekitar simpang Santa disebabkan karena Pemprov DKI belum memiliki kajian rekayasa lalu lintas yang komprehensif di lokasi tersebut.
"Kita anggap masih lemah kajiannya. Kita mencermati, sepertinya ini terlalu dipaksakan, lalin diubah dengan alasan yang tidak jelas," kata Ismail saat ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin, 17 April.
Ismail menilai Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan jajaran Dishub DKI harus mempertanggungjawabkan dampak yang dialibatkan dari rekayasa lalin simpang Santa. Mengingat, dalam suatu kebijakan, pemerintah menggunakan APBD untuk kajian hingga pelaksanaannya.
"Perubahan itu menggunakan anggaran baru lagi, ini kan harus dipertanggungjawabkan. Di satu sisi, ini sebuah contoh pemborosan. Dalam pembuatan sebelumnya sudah memakai anggaran dan hasilnya sudah dinikmati masyarakat, ketika dilakukan sesuatu perubahan baru tanpa kajian yang matang dan menggunakan anggaran pula, hasilnya semakin parah," cecar dia.
Sebelumnya, Heru menanggapi kritikan dan keluhan atas kemacetan yang muncul dalam rekayasa lalu lintas di simpang Santa, yakni pada Jalan Wijaya I-Jalan Wolter Monginsidi-Jalan Suryo, Jakarta Selatan.
Dari kondisi ini, Heru membuka opsi untuk memodifikasi rekayasa lalin dengan melakukan buka-tutup pada penutupan simpang tersebut. Hal ini diputuskan setelah berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya.
"Saya dengan Kapolda akan uji coba buka-tutup. Pak Kapolda tadi menyampaikan, (penutupan dimulai dari) jam 7 (sampai) jam 10, diatur. Setelah itu, dibuka sebagaimana biasanya," kata Heru saat ditemui di kawasan Monumen Nasional (Monas),
Heru memandang, kritikan dan protes yang muncul menjadi masukan buat Pemprov sebagai bahan pertimbangan evaluasi rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan tersebut.
"Namanya kritik itu masukan buat Pemda DKI. Itu bagus saran-sarannya. Namanya kemacetan, kita atur plus-minusnya. Kita atur semuanya untuk mengurangi kemacetan," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, uji coba rekayasa lalu lintas di traffic light Santa, yakni di simpang Jalan Wijaya I, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Suryo ini sudah dimulai sejak 5 April lalu. Rekayasa lalin simpang Santa ini dilakukan untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Sebab, titik ini kerap terjadi kemacetan.
BACA JUGA:
Lebih jelasnya, lalu lintas dari selatan (Jalan Wijaya I/Antasari) yang menuju ke timur (Tendean) dialihkan belok kiri ke Jalan Wolter Monginsidi-belok kanan di simpang Jalan Gunawarman-Jalan Senopati-Jalan Suryo atau dapat melalui Jalan Prof Dr. Sutono-Jalan Gunawarman-Jalan Senopati-Jalan Suryo.