YOGYAKARTA - PLN Nusantara Power menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata akan beroperasi pada awal 2024. Saat ini penyelesaian proyek sedang dalam tahap konstruksi. Ada sejumlah fakta PLTS Terapung Cirata yang perlu diketahui.
“Mudah-mudahan akhir tahun ini harapannya ya, atau paling lambat tahun depan awal mungkin bisa beroperasi,” ungkap Zubaidah, Corporate Secretary PLN NP, dalam acara ramah tamah dengan media belum lama ini.
Proyek pembangunan PLTS Terapung Cirata harus terlambat dari target karena situasi pandemi COVID-19. Proyek ini menjadi catatan sejarah bagi Indonesia karena akan mengoperasikan PLTS Terapung terbesar se-Asia Tenggara, sekaligus terbesar kedua di dunia. Apa saja fakta PLTS Terapung Cirata?
Proyek PLTS Terapung Cirata sudah mencapai 45 persen proses konstruksi dan ditargetkan rampung akhir 2023. Adanya pandemi COVID-19 membuat pembangunan PLTS ini yang awalnya ditargetkan pada 2022 harus molor. Berikut ini sejumlah fakta dari PLTS Terapung Cirata yang merupakan proyek besar nasional.
PLTS Terapung Terbesar se-Asia Tenggara
PLTS Terapung Cirata bakal menjadi PLTS Terapung terbesar se-Asia Tenggara. Bahkan proyek ini menjadi PLTS Terapung terbesar kedua di dunia. Sebelumnya, Waduk Cirata sudah menjadi Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) yang beroperasi sejak lama. PLTS ini direncanakan bakal memiliki kapasitas 145 MWac.
PLTS Cirata dibangun antara tahun 1982 hingga 1987. PLTA ini membendung Sungai Citarum dan Sungai Cisokan dengan area seluas 43.777,6 hektare. PLTA ini menyandang status sebagai PLTA terbesar di Indonesia dan kedua se-Asia Tenggara setelah PLTA di Vietnam.
Menghasilkan Energi Sebesar 245 Juta kWh
Berdasarkan publikasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PLTS Terapung Cirata ditargetkan dapat menghasilkan energi sebesar 245 juta kWh per tahun. PLTS ini direncanakan mampu memasok listrik untuk 50.000 rumah.
PLTS Terapung Cirata akan dioperasikan oleh PMSE (Pembangkit Jawa Bali Masdar Solar Energi). PMSE merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PJBI dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar.
Meningkatkan EBT di Indonesia
Ida Zubaidah mengatakan proyek PLTS Terapung Cirata merupakan upaya dari perusahaan untuk mendukung langkah pemerintah meningkatkan porsi EBT pada pembangkit listrik di Indonesia menjadi 23 persen pada tahun 2025.
"Mudah-mudahan akhir tahun ini, atau paling lambat tahun depan awal sudah bisa beroperasi. Ini (pembangkit) EBT. Wujud komitmen PLN Nusantara Power untuk terus mewujudkan EBT," kata Ida dalam pertemuan dengan media.
Investasi Mencapai 129 Juta Dolar AS
Proyek PLTS Terapung Cirata dikerjakan oleh PLN NP bekerja sama dengan perusahaan energi baru terbarukan asal Uni Emirat Arab, Masdar. Nilai investasi pembangunan PLTS ini mencapai 129 juta dolar AS.
Proyek PLTS Terapung Cirata juga menjadi pembangunan PLTS Terapung pertama di Indonesia guna menambah sistem kelistrikan di wilayah Jawa dan Bali. Proyek PLTS ini merupakan satu di antara 11 kesepakatan bisnis yang dipertukarkan di hadapan Presiden Jokowi.
BACA JUGA:
Sistem Floating Photovoltaic
Sistem Floating Photovoltaic (PV) di PLTS Terapung Cirata menjadi tren baru karena memiliki sejumlah keunggulan. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan waduk, pembangunan pembangkit listrik dapat menghindari penggunaan lahan.
Selain itu, pembangunan ini juga memberikan kelebihan lain, seperti mengurangi penguapan, melengkapi tenaga air, dan meningkatkan hasil energi hingga 10 persen karena suhu lingkungan yang lebih rendah.
Demikianlah ulasan mengenai fakta PLTS Terapung Cirata yang ditargetkan beroperasi pada awal 2024. Diharapkan dibangunnya PLTS ini dapat menjadi contoh untuk pengembangan pembangkit EBT di atas waduk di daerah lain.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.