JAKARTA - Ada enam kunci sukses bagi para pelaku UKM dalam mengelola bisnis kedai kopi. Yaitu, produk inovatif dan rasa sesuai dengan lidah konsumen, harga yang kompetitif, tempat yang nyaman dan lokasi strategis, promosi yang tepat dan inovatif, serta inovasi dalam penjualan dan distribusi dengan menggunakan platform ride hailing.
Hal itu dipaparkan Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit, saat mewakili Menteri Koperasi dan UKM, pada acara Indonesia Coffee Event (ICE) 2020 yang diselenggarakan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) di gedung Smesco, Jakarta, Rabu 12 Februari.
Untuk itu, lanjut Victoria, pihaknya memiliki program dalam mendorong pengembangan bisnis kedai kopi yang dijalankan koperasi dan UKM. Di antaranya, fasilitas skim untuk wirausaha pemula, fasilitasi sertifikasi produk antara lain Merk, Halal, Hak Cipta, Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dan International Organization for Standardization (ISO), serta pendampingan usaha dan kelembagaan melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUKM.
"Termasuk program pelatihan vocational dalam meningkatkan keterampilan," kata Victoria.
Bagi Victoria, ICE 2020 tidak hanya sebagai ajang kompetisi tingkat nasional, namun juga menampilkan pameran produk kopi, sarana pendukung usahanya dan bertemunya para pelaku usaha untuk menjalin kemitraan.
"Saya berharap, ajang ini dapat memotivasi koperasi dan UKM untuk terus meningkatkan kreativitas dan mengembangkan usahanya," kata Victoria.
BACA JUGA:
Apalagi, lanjut Victoria, minum kopi kini sudah menjadi gaya hidup bagi generasi milennial dan bukan sekedar minuman penghilang rasa kantuk. Saat ini, banyak menjamur kedai kopi yang dikelola UKM. Bahkan di tahun 2019, ada lebih dari 2.937 kedai kopi yang berdiri.
"Hal tersebut membuka peluang kerja baru sebagai barista, professional cupper, sales, dan sebagainya. Berdirinya kedai kopi juga menjadi salah satu pendukung pengembangan pariwisata di daerah. Melalui kedai kopi, kita dapat mengenalkan makanan dan minuman tradisional lainnya yang dapat menarik wisatawan," papar Victoria.
Bahkan, tahun ini bisnis kedai kopi diperkirakan meningkat seiring dengan naiknya konsumsi domestik kopi Indonesia sekitar 13,9 persen menjadi 294 ribu ton. Sedangkan pada 2021 diperkirakan akan naik lagi menjadi 370 ribu ton.
Namun demikian, diakui Victoria, konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia relatif rendah dibanding negara lain, hanya sekitar 1 kilogram per kapita (2018).
"Bandingkan dengan Vietnam yang telah mencapai 1,5 kilogram dan Brazil 6,5 kilogram per kapita," jelas Victoria.
Kompetisi Barista
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum SCAI Syafrudin menjelaskan, ICE sebagai ajang kompetisi barista paling bergengsi di Indonesia yang telah berlangsung sejak 2017.
"Tiap tahun, gelaran ICE tak hanya melahirkan barista-barista terbaik, melainkan pula mengedukasi masyarakat luas tentang serba-serbi dunia kopi," kata Syafrudin.
Di ajang ICE yang kali kelima ini, SCAI telah mempersiapkan beragam acara interaktif dan edukatif, di samping acara utama yakni Indonesia Barista Championship (IBC) dan Indonesia Brewers Cup Championship (IBrC).
Di sisi lain, tambah Syafrudin, ada tradisi mengirim pemenang IBC dan IBrC mewakili Indonesia pada ajang kompetisi barista dunia di bawah naungan World Coffee Events (WCE).
"Ini menjadikan ICE sebagai navigasi kopi Indonesia di atlas perkopian dunia," kata dia.
Berbeda dari tahun sebelumnya, ICE 2020 diadakan hanya dalam satu babak nasional saja, sementara babak regional (eliminasi) ditiadakan dan disatukan dengan event nasional mengingat keterbatasan waktu.
"Fokus kami lebih mengutamakan ketersediaan waktu bagi para pemenang untuk mempersiapkan kompetisi tingkat dunia, World Barista Championship (WBC) dan World Brewers Cup (WBrC) pada Mei 2020 di Melbourne, Australia," kata Syafrudin.
Syafrudin pun mengajak seluruh pencinta kopi untuk berkolaborasi dengan tagline Kopilarborasi. "ICE 2020 menggandeng seluruh pencinta kopi dari beragam aspek, mulai dari seniman, arsitek, pebisnis, penulis, musisi, aktor, perancang busana, influencer, builder motor, dan pelaku usaha kopi dari berbagai skala industri untuk berkolaborasi membangun ekosistem kopi," pungkas Syafrudin.