Komisi Kongres AS Ungkap Kejahatan Kemanusiaan dan Dugaan Genosida Muslim Uighur di Xinjiang
Ilustrasi foto Muslim Uighur. (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Kongres Amerika Serikat menduga China telah melakukan genosida terkait perlakuannya terhadap muslim Uighur dan minoritas lainnya di wilayah barat Xinjiang.

Ini seperti tertuang dalam laporan Komisi Eksekutif Kongres untuk China (CECC) Hari Kamis waktu setempat. CECC mengungkapkan, bukti baru muncul dalam setahun terakhir, terkait kejahatan kemanusiaan dan kemungkinan genosida di Xinjiang, bahkan juga melecehkan warga Uighur di Amerika Serikat.

Ketua bersama CECC dari Partai Demokrat Jim McGovern menyebut, tindakan China untuk menghancurkan hak asasi manusia pada tahun lalu mengejutkan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Karena itu, CECC mendesak Kongres dan Pemerintahan Joe Biden yang akan datang untuk meminta pertanggungjawaban Beijing.

"Amerika Serikat harus terus mendukung rakyat China dalam perjuangan mereka dan memimpin dunia dalam satu tanggapan yang bersatu dan terkoordinasi terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Pemerintah China," katanya seperti melansir Reuters.

China sendiri mendapat kecaman dari berbagai pihak karena mendirikan komplek di Xinjiang, yang digambarkan sebagai pusat pelatihan untuk membasmi pembangkang, yang pihak luar disebut sebagai Kamp Konsentrasi. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, setidaknya 1 juta orang Uighur dan muslim lainnya telah ditahan di Xinjiang. Para pemimpin agama, kelompok aktivis, dan lainnya mengatakan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk genosida, sedang terjadi di sana.

Beijing menyangkal tuduhan tersebut. Kedutaan Besar China di Washington mengatakan CECC 'terobsesi dengan membuat segala macam kebohongan untuk memfitnah China'.

"Apa yang disebut 'genosida' adalah rumor yang sengaja dimulai oleh beberapa pasukan anti-China dan lelucon untuk mendiskreditkan China," kata Juru Bicara Kedutaan Besar China.

Amerika Serikat sendiri sebelumnya telah memperhatikan masalah Xinjiang, terkait dengan kekejaman yang diduga terjadi di sana. Namun, gejolak di dalam negeri jelang pelantikan presiden dan wakil presiden pemenang Pilpres AS, membuat fokus diarahkan ke dalam negeri.