Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana mengaku sampai saat ini Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini belum juga bisa beroperasi.

Planetarium masih ditutup meski revitalisasi kawasan TIM oleh BUMD Jakpro sejak 2019 sudah kelar. Belum berfungsinya Planetarium menjadi keluhan sejumlah pihak.

Operasional Planetarium tak juga dibuka, terutama Teater Bintang, arena pertunjukan simulasi benda langit. Adapun penyebabnya, Iwan mengatakan akibat proyektor pertunjukan atau star ball rusak dan belum diganti dengan yang baru.

"Sebenarnya revitalisasi eksterior dan interior di Planetarium 100 persen selesai, hanya fasilitas utama yaitu star ball-nya itu mengalami kerusakan," kata Iwan saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 4 April.

Iwan menjelaskan, proyektor pertunjukan Planetarium lawas atau telah berumur tua. Proyektor simulasi pertunjukan benda langit merupakan versi tahun 1997. Kini, spare part atau suku cadang dari star ball itu sendiri pun kian langka.

Karenanya, Iwan menyebut PT Jakarta Propertindo sedang meminta satu vendor untuk menghadirkan kembali proyektor pertunjukan yang cocok dipasang di Planetarium Jakarta.

"Memang hanya ada satu vendor karena khsusus sekali. Jadi, Jakpro sedang melakukan upaya pendekatan. Kami juga berharap banyak, karena banyak masyarakat yang ingin menikmati Planterium," jelas dia.

Terungkap fakta bahwa saat ini sebagian besar fasilitas Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) tidak berfungsi usai revitalisasi TIM yang menggelontorkan anggaran Rp1,4 triliun tersebut.

Dalam surat aduan Dewan penasehat gubernur dalam bidang seni-budaya yang tergabung dalam Akademi Jakarta, disebutkan bahwa kondisi POJ usai revitalsasi TIM oleh BUMD PT Jakarta Propertindo justru menciutkan fungsi Planetarium.

Salah satunya adalah kondisi sarana di Teater Bintang. Saat revitalisasi TIM, Jakpro melakukan penggantian kursi baru yang malah tidak cocok untuk dipakai pertunjukan. Lalu, proyektor di Teater Bintang yang sudah rusak juga tidak diperbaiki.

Kemudian, ruang pameran Planetarium saat ini isinya masih kosong. Lobi pengunjung Planetarium menjadi semakin sempit. Ruang pertunjukan kedua, ruang kelas, dan perpustakaan di dalam Planetarium dihilangkan.

Selain itu, perbaikan pada area gedung penyangga Planetarium justru menghancurkan fungsi observatorium. Contohnya, observatorium untuk teleskop Takahashi dihancurkan dan kubahnya tidak jelas ada di mana, serta akses observatorium untuk teleskop ASKO tertutup tembok.