Bagikan:

JAKARTA - Dewan penasehat gubernur dalam bidang seni-budaya yang tergabung dalam Akademi Jakarta mengadukan kondisi Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) usai revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) kepada Presiden Joko Widodo.

Anggota Akademi Jakarta Karlina Supelli menyebut, pengaduan ini disampaikan dalam surat penyampaian berbagai persoalan di Planetarium usai revitalisasi TIM dan rekomendasinya kepada pemerintah atas tak berfungsinya Planetarium saat ini.

Sebelum melapor ke Jokowi, Akademi Jakarta telah bersurat kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat masih menjabat, hingga Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono beberapa waktu lalu.

"Akademi Jakarta sebetulnya sudah berkirim surat tentang POJ kepada Gubernur DKI sebelum turun jabatan dan juga kepada PLT Gubernur sesudah beliau menjabat," kata Karlina dalam pesan singkat, Senin, 13 Maret.

Namun, surat tersebut tak ditanggapi, baik oleh Anies maupun Heru Budi. Akhirnya, Akademi Jakarta melapor ke Jokowi lewat surat aduannya.

"Karena tidak ada tanggapan dari Gubernur DKI Jakarta, Akademi Jakarta menyampaikan surat kepada Presiden RI. Surat itu diteruskan ke Menko PMK. Kemenko PMK menanggapi cukup serius dengan kunjungan salah satu Deputi Menko PMK ke POJ untuk melihat kondisinya," ungkap dia.

Terungkap fakta bahwa saat ini sebagian besar fasilitas Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) tidak berfungsi usai revitalisasi TIM yang menggelontorkan anggaran Rp1,4 triliun tersebut.

Dalam surat aduan Akademi Jakarta, disebutkan bahwa kondisi POJ usai revitalsasi TIM oleh BUMD PT Jakarta Propertindo justru menciutkan fungsi Planetarium.

Salah satunya adalah kondisi sarana di Teater Bintang. Saat revitalisasi TIM, Jakpro melakukan penggantian kursi baru yang malah tidak cocok untuk dipakai pertunjukan. Lalu, proyektor di Teater Bintang yang sudah rusak juga tidak diperbaiki.

Kemudian, ruang pameran Planetarium saat ini isinya masih kosong. Lobi pengunjung Planetarium menjadi semakin sempit. Ruang pertunjukan kedua, ruang kelas, dan perpustakaan di dalam Planetarium dihilangkan.

 

Selain itu, perbaikan pada area gedung penyangga Planetarium justru menghancurkan fungsi observatorium. Contohnya, observatorium untuk teleskop Takahashi dihancurkan dan kubahnya tidak jelas ada di mana, serta akses observatorium untuk teleskop ASKO tertutup tembok.