JAKARTA - Seorang bloger militer Rusia yang terkenal, Vladlen Tatarsky, tewas akibat ledakan bom di sebuah kafe di St Petersburg pada Hari Minggu, dengan komisi investigasi negara langsung menggelar penyelidikan ledakan yang menyebabkan belasan orang lainnya luka-luka tersebut.
Komite Investigasi negara Rusia mengatakan, pihaknya meluncurakn penyelidikan dugaan pembunuhan terkait dengan ledakan tersebut. Sementara, Gubernur St. Petersburg mengatakan bahwa 25 orang terluka dan 19 di antaranya dirawat di rumah sakit, melansir Reuters 3 April.
Tidak segera diketahui siapa dalang di balik pembunuhan tersebut. Tetapi, Kepala kelompok tentara bayaran Grup Wagner Rusia Yevgeny Prigozhin mengatakan pada Hari Minggu, ia "tidak akan menyalahkan rezim Kyiv" atas kejadian tersebut.
Namun, seorang pejabat terkemuka Rusia lainnya menuding Ukraina, tanpa memberikan bukti. Sedangkan seorang penasihat Presiden Ukraina mengatakan, "terorisme domestik" sedang terjadi di Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia belum menuduh pihak-pihak yang terlibat dengan serangan tersebut. Tetapi mengatakan, sikap diam di ibu kota negara-negara Barat menunjukkan kemunafikan atas ekspresi keprihatinan terhadap para jurnalis.
Tatarsky, yang bernama asli Maxim Fomin, memiliki lebih dari 560.000 pengikut di Telegram. Ia salah satu bloger militer yang paling menonjol yang telah memperjuangkan upaya perang Rusia di Ukraina, sering mengkritik para petinggi militer.
"Kami akan mengalahkan semua orang, kami akan membunuh semua orang, kami akan merampok semua orang yang kami butuhkan. Semuanya akan berjalan sesuai keinginan kami," katanya dalam sebuah video pada September lalu di sebuah upacara di Kremlin, di mana Presiden Vladimir Putin mengklaim empat wilayah yang sebagian diduduki Ukraina sebagai wilayah Rusia - sebuah langkah yang ditolak oleh sebagian besar negara.
Terpisah, Kantor berita TASS mengutip sebuah sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan,bom tersebut disembunyikan di sebuah patung miniatur yang diberikan kepada Tatarsky ketika ia berbicara kepada sekelompok orang di kafe tersebut.
Mash, sebuah saluran Telegram yang memiliki hubungan dengan penegak hukum Rusia, mengunggah sebuah video yang menunjukkan Tatarsky, dengan mikrofon di tangan, diberikan sebuah patung tentara berhelm. Video itu memperlihatkan ledakan terjadi beberapa menit kemudian.
Terpisah, Prigozhin mengatakan kafe itu sebelumnya adalah miliknya. Tetapi, ia telah memberikannya kepada para aktivis "patriotik" yang telah mengadakan pertemuan di sana.
Reuters tidak dapat mengonfirmasi hal itu secara independen.
Terpisah, Denis Pushilin, pemimpin yang dilantik oleh Moskow di bagian provinsi Donetsk, Ukraina yang diduduki oleh Rusia, mengatakan secara terbuka bahwa Ukraina harus disalahkan.
"Dia dibunuh secara keji. Teroris tidak bisa berbuat sebaliknya. Rezim Kyiv adalah rezim teroris. Itu harus dihancurkan, tidak ada cara lain untuk menghentikannya," tutur Pushilin.
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, tidak adanya reaksi di Washington, London, dan Paris "menunjukkan bahwa mereka seolah-olah peduli terhadap kesejahteraan jurnalis dan kebebasan berekspresi.
"Reaksi di Kyiv sangat mencolok, di mana mereka yang menerima dana bantuan dari Barat sama sekali tidak menyembunyikan kegembiraan mereka atas apa yang telah terjadi," tulisnya di situs web kementerian.
Kematian Tatarsky terjadi setelah pembunuhan Darya Dugina, putri seorang tokoh ultra-nasionalis terkemuka, dalam sebuah serangan bom mobil di dekat Moskow pada Agustus lalu.
Dinas Keamanan Federal Rusia menuduh dinas rahasia Ukraina melakukan serangan tersebut, yang disebut Putin sebagai "kejahatan". Ukraina membantah terlibat.
BACA JUGA:
Berbeda dengan yang lain, Prigozhin mengatakan pada Hari Minggu, kedua pembunuhan itu kemungkinan besar merupakan ulah "sekelompok radikal yang tidak terkait dengan pemerintah," tetapi bukan Ukraina.
Para bloger perang Rusia, yang terdiri dari koresponden militer dan komentator lepas dengan latar belakang militer, telah menikmati kebebasan yang luas dari Kremlin untuk mempublikasikan pandangan-pandangan yang keras mengenai perang, yang kini telah memasuki bulan ke-14. Presiden Putin bahkan mengangkat salah satu dari mereka menjadi anggota dewan hak asasi manusia tahun lalu.
"Dia berada di tempat berbahaya dalam operasi militer khusus dan dia selalu keluar hidup-hidup. Namun, perang menemukannya di sebuah kafe di Sankt Peterburg," kata Semyon Pegov, yang menulis blog dengan nama War Gonzo.