Bagikan:

JAKARTA - Petugas penyelamat Filipina menyisir reruntuhan kapal feri yang terbakar pada Hari Kamis, untuk mencari korban yang masih hidup atau korban lain dari kebakaran yang melanda kapal antar pulau yang menewaskan 29 orang, termasuk seorang bayi berusia 6 bulan, kata pihak berwenang.

Para penyelidik belum mengidentifikasi penyebab kebakaran yang terjadi sekitar pukul 23.00 waktu setempat pada Hari Rabu di lepas pantai selatan Pulau Basilan, ketika banyak penumpang tertidur di kabin-kabin ber-AC di dek bawah kapal feri tersebut.

"Saya pikir saya sedang bermimpi, tetapi ketika saya membuka mata, semuanya gelap dan kami dikelilingi oleh asap," ujar Mina Nani (46), seorang penumpang kapal feri MV Lady Mary Joy 3 kepada radio DZRH, melansir Reuters 30 Maret.

Dia mengatakan, dirinya selamat dengan melompat dari kapal dan berbagi alat pelampung dengan penumpang lain sampai mereka diselamatkan.

Ada beberapa angka yang berbeda mengenai jumlah orang di kapal feri tersebut, yang menurut para pejabat tidak kelebihan muatan.

Sementara itu, penjaga pantai Filipina mengatakan, sebanyak 225 orang termasuk 36 kru berhasil diselamatkan. Sedangkan 29 penumpang lainnya tewas.

Sebelas orang tewas, termasuk tiga anak-anak, karena tenggelam setelah melompat dari kapal yang terbakar. Sedangkan 18 lainnya tewas dalam kobaran api di atas kapal, kata Gubernur Hadjiman Hataman Salliman kepada DZRH.

"Kami belum menjelajahi seluruh kapal karena masih panas," kata Salliman tentang kapal yang terdampar.

Terpisah, Kepala Penjaga Pantai di Wilayah Mindanao Komodor Rejard Marfe mengatakan kepada Reuters, terjadi "kekacauan" setelah api yang menyebar membangunkan orang-orang dari tidur mereka dan 18 korban yang ditemukan di atas kapal "benar-benar terbakar".

Diketahui, Filipina yang memiliki lebih dari 7.600 pulau, memiliki catatan yang buruk dalam hal keselamatan maritim, dengan kapal-kapal yang sering kali penuh sesak dan banyak kapal yang sudah tua.

Pada Bulan Mei, setidaknya tujuh orang tewas dalam kebakaran di kapal feri berkecepatan tinggi yang mengangkut 134 orang.

Jauh sebelumnya, sekitar 5.000 orang tewas dalam bencana pelayaran terburuk di dunia, ketika feri penumpang yang kelebihan muatan, Dona Paz, bertabrakan dengan kapal tanker minyak di lepas pantai Pulau Mindoro, selatan ibu kota Manila pada tahun 1987.