JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengundang Pemimpin China Xi Jinping untuk berkunjung ke negaranya, mengingat ia merupakan salah satu pemimpin penting dan strategis yang belum berkunjung ke negara yang tengah dilanda perang tersebut.
"Kami siap untuk bertemu dengannya di sini. Saya ingin berbicara dengannya. Saya pernah melakukan kontak dengannya sebelum perang skala penuh. Tetapi selama tahun ini, lebih dari satu tahun, saya tidak melakukannya," ujar Presiden Zelensky dalam wawancara dengan The Associated Press, seperti dilansir 29 Maret.
Tiongkok, yang secara ekonomi selaras dan secara politik mendukung Rusia selama beberapa dekade, sejauh ini bersikap netral kendati tidak mengutuk invasi yang dilakukan oleh Moskow.
Ketika ditanya apakah Pemimpin Xi akan menerima undangan dari Presiden Zelensky, atau apakah undangan tersebut telah secara resmi diperpanjang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning mengatakan, ia tidak memiliki informasi untuk diberikan.
Kendati demikian, ia mengatakan Beijing menjaga "komunikasi dengan semua pihak yang terkait, termasuk Ukraina."
Diketahui, Pemimpin Xi mengunjungi Presiden Putin di Rusia minggu lalu, meningkatkan kekhawatiran akan dukungan China untuk memasok senjata bagi Moskow, kendati hingga kunjungan selesai tidak ada pengumuman seperti itu.
Beberapa hari kemudian, Presiden Rusia mengumumkan bahwa ia akan mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, yang bertetangga dengan Rusia dan mendorong persediaan nuklir Kremlin lebih dekat ke wilayah NATO.
Presiden Zelensky menduga, langkah Presiden Putin tersebut dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari kurangnya jaminan yang ia terima dari Tiongkok.
"Apa artinya? Itu berarti kunjungan itu tidak baik untuk Rusia," ujar Presiden Zelensky berspekulasi.
Diketahui, Pemimpin Xi belum pernah berbicara dengan Presiden Zelensky sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu. Belum lama ini, China menerbitkan sebuah rencana 12 poin untuk "resolusi politik atas krisis Ukraina" bulan lalu. Proposal China mencakup seruan untuk de-eskalasi dan gencatan senjata di Ukraina.
BACA JUGA:
Namun, Amerika Serikat memandang sebelah mata proposal tersebut, mengingat China telah menolak untuk mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Amerika Serikat mengatakan, gencatan senjata sekarang akan mengunci keuntungan teritorial Rusia dan memberikan lebih banyak waktu bagi pasukan Rusia untuk menata ulang kekuatannya.
Ukraina sendiri menyambut baik keterlibatan diplomatik China, namun Presiden Zelensky mengatakan ia hanya akan mempertimbangkan penyelesaian perdamaian, setelah pasukan Rusia meninggalkan wilayah Ukraina.