Gedung Putih Sebut AS Tidak akan Mundur dari Suriah Meski Ada Serangan Terhadap Militernya
Gedung Putih. (Wikimedia Commons/Matt H. Wade)

Bagikan:

JAKARTA - Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat tidak akan mundur dari misi militernya yang sudah berlangsung hampir delapan tahun di Suriah, di mana mereka memerangi sisa-sisa ISIS, meskipun terjadi serangan terhadap pasukan AS di sana minggu lalu oleh milisi yang didukung Iran.

Sebuah pesawat tak berawak menyerang pangkalan AS di Suriah pada tanggal 23 Maret, menewaskan seorang kontraktor AS, melukai seorang kontraktor lain dan lima tentara AS.

Hal tersebut memicu serangan udara balasan AS dan baku tembak yang menurut kelompok pemantau perang Suriah menewaskan tiga tentara Suriah, 11 pejuang Suriah di milisi pro-pemerintah dan lima pejuang non-Suriah yang bersekutu dengan pemerintah.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, ia tidak mengetahui adanya serangan lanjutan selama 36 jam terakhir, namun ia memperingatkan, "Kami akan tetap waspada," melansir Reuters 28 Maret.

Kirby juga merujuk pada pernyataan Presiden Joe Biden pada Hari Jumat, di mana Dia memperingatkan Iran, Amerika Serikat akan bertindak tegas untuk melindungi warga Amerika.

"Tidak ada perubahan dalam jejak AS di Suriah sebagai akibat dari apa yang terjadi beberapa hari terakhir," kata Kirby, seraya menambahkan bahwa misi melawan ISIS akan terus berlanjut.

"Kami tidak akan terhalang ... oleh serangan-serangan dari kelompok-kelompok militan ini," tegasnya.

Kementerian Luar Negeri Suriah pada Hari Minggu mengutuk serangan AS, mengatakan Washington berbohong tentang apa yang menjadi sasaran, berjanji untuk "mengakhiri pendudukan Amerika" di wilayahnya.

Terpisah, Kementerian Luar Negeri Iran juga mengutuk serangan tersebut, dan menuduh pasukan AS menargetkan "situs-situs sipil".

Diketahui, pasukan AS pertama kali dikerahkan ke Suriah selama kampanye Pemerintahan Presiden Obama melawan ISIS, bermitra dengan kelompok pimpinan Kurdi yang disebut Pasukan Demokratik Suriah. Ada sekitar 900 tentara AS di Suriah, sebagian besar berada di wilayah timur.

Sebelum serentetan serangan terbaru, pasukan AS di Suriah telah diserang oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran sekitar 78 kali sejak awal tahun 2021, menurut militer AS.

Sementara, Iran menjadi pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad selama konflik Suriah yang telah berlangsung selama 12 tahun.

Milisi proksi Iran, termasuk kelompok Hizbullah Lebanon dan kelompok Irak pro-Teheran, menguasai sebagian besar wilayah Suriah timur, selatan dan utara, serta pinggiran kota di sekitar ibu kota Damaskus.