Bagikan:

JAKARTA - Media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk berkomunikasi, tetapi juga membagikan informasi, baik yang bersifat pribadi maupun publik.

Bagi sebagian orang, media sosial dijadikan tempat untuk beropini, berkomentar, hingga membagikan cerita. Pada titik tertentu, kegiatan membagikan informasi ini bisa menjadi berlebihan yang berupa foto, video, atau informasi pribadi. Tidak sedikit pengguna media sosial yang belum sadar telah membagikan informasi detil yang bersifat pribadi dan rahasia.

Dari hirauan itulah, Kominfo Bersama GNLD Siberkreasi mengadakan kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) Ngabuburit dengan tema “Oversharing di Media Sosial, Yes or No?" pada Kamis, 23 Maret.

Psikolog Klinis Liza Marielly Djaprie menjelaskan alasan dibalik prilaku oversharing berakar pada emosi pribadi masing-masing. Pertama, peran emosi mendorong seseorang untuk membagikan sesuatu. Kedua, peran status yang berusaha untuk memperlihatkan citra diri tertentu kepada khalayak umum.

“Dua hal tersebut kenapa individu menjadi oversharing. Either karena itu emosinya lagi meletup-letup banget apapun itu emosinya atau yang kedua karena looking for status tadi,” jelasnya.

Liza mengatakan, bagaimanapun sikap berbagi memang menjadi watak manusia sebagai makhluk psikologis yang ingin agar terhubung dengan dunia luar. Namun, ia menyarankan untuk memikirkan ulang motivasi di balik sikap oversharing, terutama yang berbuah kontroversi.

“Sebelum jempolnya bergerak (mengetik sesuatu), ditanyakan dulu why I want to post this? Mungkin itu pertanyaan terpenting yang harus kkita instropeksi sebelum kita post,” ujar Liza.

Pegiat literasi digital Indriyatno Banyumurti menjelaskan batas antara publik dan pribadi menjadi tidak jelas, sehingga sebagian orang oversharing di media sosial. Selain itu, ia menjelaskan ada risiko pencurian data pribadi yang muncul dari prilaku berbagi berlebihan.

“Jadi risikonya kita bisa mendapatkan kemungkinan untuk menjadi korban kejahatan siber,” kata Indriyatno.

Indriyatno membagikan prinsip agar terhindar dari prilaku oversharing, yaitu bijak selama beraktivitas online dan berpikir atau berhenti sebelum berbagi informasi atau ‘pause before posting’. Tips lainnya adalah memposisikan diri sebagai orang lain yang akan melihat informasi yang akan kita bagikan. Dengan cara ini, seseorang dapat memahami lebih jelas apa yang harus dibagikan atau tidak.

Sebagai pembuat konten dan juga Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Kreativitas Siberkreasi, Edho Zell, membagikan langkah-langkah bagaimana membuat dan membagikan konten yang berkualitas, sehingga terhindar dari oversharing. Hal pertama yang bisa dilakukan ialah menemukan ketertarikan pribadi yang nantinya bisa menjadi konsep dari konten yang rutin. Kemudian, fokus pada konten yang bermanfaat daripada informasi pribadi terutama yang sensitif akan kejahatan siber.

Kalaupun menjadi vlogger yang membagikan kegiatan sehari-hari, Edho Zell mengingatkan ada rambu-rambu yang harus ditaati. Di samping itu, cara berkomunikasi dan mempresentasikan konten juga berpengaruh pada reaksi-reaksi negatif dari audiens.