JAKARTA - Hingga Selasa, 12 Januari, pencarian terhadap penumpang dalam penerbangan pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu menemukan sejumlah hasil.
Ketika di lokasi kejadian Tim SAR dari berbagai elemen melakukan pencarian terhadap penumpang dan badan pesawat, sementara dari sisi identifikasi, RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur bekerja untuk melakukan identifikasi.
Penumpang pertama yang berhasil diidentifikasi adalah Okky Bisma yang merupakan pramugara atau flight attendent pesawat nahas tersebut, pada 11 Januari.
Selanjutnya, pada Selasa, 12 Januari Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri yang bekerja di RS Polri berhasil mengidentifikasi tiga orang lainnya yaitu Fadly Satrianto, Khasanah, dan Asy Habul Yamin.
1. Okky Bisma (29)
Kepala Pusat Inafis Polri Brigjen Pol Hudi Suryanto mengatakan pihaknya berhasil melakukan identifikasi terhadap pramugara ini berdasarkan sidik jarinya yang dicocokkan dengan data sidik jari yang ada di kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) miliknya.
Awalnya, setelah kejadian ini pihaknya mendapatkan manifest atau daftar penumpang dari pihak Sriwijaya. Dari daftar inilah Tim DVI mendapatkan daftar e-KTP dari Dukcapil Kemendagri lengkap dengan seluruh datanya termasuk sidik jari.
Kemudian, Tim DVI melakukan scanning terhadap sidik jari yang ada melalui alat khusus.
"Ketika sidik jari ditempel dengan alat akan masuk e-KTP Dukcapil dan muncul kandidat dan kandidat kita teliti satu per satu lalu kita cek di manifest dan nama Okky Bisma ada di manifes nomor empat," ungkapnya.
Atas hasil itulah, Hudi dan timnya memastikan bagian tubuh yang ditemukan dari lokasi kejadian adalah milik Okky Bisma. Apalagi, saat scanning dilakukan terdapat 12 titik kesamaan sidik jari tersebut.
2. Fadly Satrianto (38)
Pada Selasa, 12 Januari, Tim DVI berhasil mengidentifikasi Fadly yang merupakan kopilot dalam kru ekstra di penerbangan ini. Diketahui, penerbangan ini memang membawa sejumlah kru tambahan.
"Ini (Fadly Satrianto, red) terdaftar pada nomor manifest 31 dan ini ternyata kopilot dari pesawat Sriwijaya Air," kata Kepala Pusat Inafis Polri Brigjen Pol Hudi Suryanto di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Hudi memaparkan, kepastian ini didasari adanya 12 titik kesamaan di bagian tubuh yang ditemukan dengan DNA milik Fadly yang berasal dari Jawa Timur. Selain itu, keyakinan ini juga didasari pemeriksaan sidik jari.
"Perbandingan sidik jarinya dari e-KTP telunjuk kanan yang berhasil kita identifikasi dari bagian tubuh yang kami dapatkan identik 12 titik persamaan," ungkapnya.
3. Asy Habul Yamin (36)
Selain berhasil mengidentifikasi Fadly, ada dua penumpang pesawat nahas ini yang berhasil diidentifikasi Tim DVI. Salah satunya adalah Asy Habul Yamin yang merupakan warga Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Dia disebut masuk sebagai penumpang dan terdaftar pada nomor 40 di manifes. Adapun pengidentifikasian Asy Habul dilakukan dengan mencocokkan sidik jari yang ada pada bagian tubuh dan sidik jari yang ada di e-KTP seperti yang dilakukan Tim DVI saat mengidentifikasi penumpang atas nama Okky Bisma.
"Dari sidik jari yang kami ambil dan sidik jari dari e-KTP yang menjadi database, ini juga bisa terientifikasi dengan ditemukannya 12 titik persamaan yang satu diambil dari e-KTP yang satu diambil dari sidik jari korban, jempol kanan," ungkap Hudi.
"Jadi untuk mengidentifikasi itu, yang mudah diambil dari sampel jempol dan telunjuk," imbuhnya.
4. Khasanah (50)
Penumpang ini, kata Tim DVI, terdaftar pada manifes di nomor 28 dalam penerbangan Sriwijaya Air SJ-182.
Khasanah yang tinggal di Pontianak ini dapat teridentifikasi setelah tim mencocokkan sidik jari yang ada pada bagian tubuh dengan data yang ada di e-KTP dan hasilnya terdapat 12 titik kesamaan.
"Ini juga sudah kami perbandingkan sidik jarinya yang jempol kanan antara yang ada di e-KTP dengan bagian tubuh dari kantung mayat tersebut. Alhamdulillah kita temukan 12 titik kesamaan sehingga bisa dinyatakan identik," kata Hudi.
Dengan telah diidentifikasinya empat orang ini, RS Polri mengaku siap untuk melakukan serah terima dengan pihak keluarga. Namun, hal ini dikembalikan kepada pihak keluarga.
BACA JUGA:
Jokowi minta hak penumpang pesawat segera diurus Menhub
Para penumpang yang jadi korban dari dalam peristiwa pesawat jatuh ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain meminta agar proses pencarian penumpang dan pesawat ini dilakukan dengan segera, Jokowi juga memerintahkan agar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi segera mengurus seluruh hak korban.
Hal ini disampaikan Budi Karya usai dipanggil ke Istana Presiden untuk melaporkan kondisi terkini terkait pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Presiden meminta saya untuk mengkoordinasikan proses layanan kepada keluarga korban sebaik-baiknya dan juga memberikan pendampingan diperolehnya hak-hak daripada keluarga korban sehingga segala sesuatu yang merupakan hak bisa diselesaikan dengan baik dan cepat," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden.
Terkait hal ini, dia menyebut telah memanggil pihak Sriwijaya Air dan Jasa untuk melakukan koordinasi terhadap proses pemberian hak korban yang kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan bersama keluarga penumpang.
"Kami sudah memanggil dan bersama dengan Sriwijaya Air dan Jasa Raharja kemarin bertemu dengan keluarga dan tadi kami bersama-sama menuju ke rumah sakit," ungkapnya.
Budi sempat mendatangi RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Dalam kunjungan itu dia menyebut telah meminta agar Jasa Raharja cepat menjalankan tugasnya untuk memberikan santunan kepada pihak keluarga penumpang yang telah teridentifikasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.15 dan 16 /PMK.10/2017 Tanggal 13 Februari 2017, besaran santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas udara adalah Rp50 juta untuk meninggal dunia atau cacat tetap maksimal.
Selain itu, penumpang juga berhak mendapatkan biaya perawatan maksimal Rp25 juta serta penggantian biaya penguburan Rp4 juta jika tidak memiliki ahli waris.
Sedangkan besaran asuransi yang dibeli secara pribadi oleh masing-masing penumpang baru akan diidentifikasi setelah data korban lengkap.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak sempat hilang kontak di Kepulauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu, 9 Januari 2020. Kemudian, pesawat dipastikan itu jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Total, pesawat tersebut mengangkut 62 orang diantaranya 12 kru pesawat dan 50 penumpang yang terdiri dari 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak dan tiga bayi.
Pencarian ini menemui titik terang. Bagian Flight Data Recorder (FDR) kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sudah ditemukan.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan penemuan bagian dari FDR dilaporkan KSAL sekitar pukul 16.40 WIB, Selasa, 12 Januari. KSAL pada pukul 14.00 WIB menurut Panglima TNI lebih dulu melaporkan pecahan bagian dari FDR black box Sriwijaya Air SJ-182.
Black box adalah alat penting untuk mengidentifikasi penyebab jatuhnya pesawat. Adapun Black Box yang terpasang pada pesawat terbang terbagi menjadi dua bagian yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR).
FDR bertugas untuk menyimpan parameter penerbangan selama 25 jam sebelum ditimpa dengan rekaman baru. Informasi tersebut meliputi kecepatan, ketinggian, waktu, hingga arah pesawat.
Sedangkan CVR menyimpan percakapan antara pilot kepada krunya atau menara pengawas. Periode rekamannya selama dua jam, dan setelahnya ia akan terus merekam ulang dengan sendirinya dan menimpa data sebelumnya.
Meski kotak hitam ini telah ditemukan namun pencarian tidak akan dihentikan dan hal tersebut dipastikan oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya Bagus Puruhito.
"Evakuasi belum selesai, tapi masih ada korban dan potongan tubuh. Tentu ke depan kami masih akan melanjutkan upaya pencarian di dalam lokasi tersebut," ungkap Bagus di posko utama pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di JICT2, Tanjung Priok, Tanjung Priok.
Hal senada juga disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Dia pun memerintahkan jajarannya untuk tetap melakukan pencarian korban dan bagian pesawat nahas itu. Ini dilakukan untuk mempermudah investigasi penyebab kecelakaan ini.
"Saudara-saudara sekalian operasi belum selesai. Karena terus akan kita lakukan evakuasi korban termasuk dengan seluruh potongan bodi pesawat juga akan kita upayakan diangkat dan body pesawat adalah dalam rangka melengkapi data yang diperlukan oleh KNKT," kata Hadi.
Hadi percaya proses pencarian akan berjalan dengan baik. "Saya yakin dengan kerja yang profesional dan didukung oleh peralatan yang mempuni dari Rigel dan Baruna maka pencarian cockpit voice recorder (CVR) juga bisa kita temukan," imbuhnya.