Basarnas Tak Bisa Terima Semua Relawan Bantu Cari Sriwijaya Air SJ-182, Kenapa?
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman memberikan keterangan pers di posko JICT2, Tanjung Priok (Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman menyatakan pihaknya tidak bisa menerima semua penawaran  dari relawan yang ingin turut membantu mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Sebab kegiatan operasi pencarian body part korban dan serpihan pesawat yang jatuh di sekitar perairan Kepulauan Seribu ini membutuhkan tenaga dengan keahlian yang sedang dibutuhkan.

"Kemarin saya menerima pendaftaran dari berbagai macam potensi yang ingin libatkan diri dalam operasi ini. Namun, tentu kami akan seleksi semua yang ingin terlibat, karena kegiatan pencarian pertolongan ini butuh keahlian sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan," kata Rasman di Posko JICT II, Jakarta Utara, Senin, 11 Desember.

Tapi Basarnas mengapresiasi terhadap antusias para relawan yang ingin membantu kegiatan operasi pencarian Sriwijaya Air SJ-182.

"Tapi apresiasi bagi kami atas semangat rasa tanggung jawab kita bersama, bukan hanya pada satu orang atau golongan," ujarnya.

Sementara pada pencarian hari ketiga, tim gabungan mengerahkan sekitar 2.600 personel dalam pencarian serpihan pesawat, korban, hingga black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

"Sampai saat hari ini, kurang lebih sekitar 2.600 personel yang terlibat langsung atau tak langsung terhadap kegiatan pencarian dan pertolongan ini," ujar Rasman.

Menurut Rasman, alutsista atau kapal besar yang diterjunkan dalam pencarian berjumlah 53. Ditambah dengan jetski, perahu karet, dan rib berjumlah 20. Kemudian, ada 12 ambulans yang bersiaga di darat.

Ada da 13 alutsista udara yang bersiaga untuk penggunaan pencarian, seperti melihat serpihan pesawat dari jarak pandang jauh dan menginformasikan keberadaan serpihan tersebut kepada kapal di permukaan laut.

"Saya pikir jumlah ini sudah sangat cukup untuk kita efektifkan di dalam pencarian dan pertolongan. Hari pertama dan kedua, alhamdulillah berjalan lancar. Barang bukti yang diserahkan ke kita semua bisa didistribusikan dengan baik," jelasnya.

Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari sekitar pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Sebelumnya Kabasarnas memastikan operasi SAR pencarian korban dan black box Sriwijaya Air SJ-182 berlangsung 24 jam. Pencarian hari ini pun akan diperluas areanya ke pesisir.

Sedangkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengantongi rekaman pilot pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan petugas pemandu lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC).

“Tim juga sudah mengirim 2 orang melakukan pengumpulan data di Airnav Indonesia dan sudah mengumpulkan rekaman berikut transkrip pembicaraan antara pilot dengan pengatur lalu lintas udara. Tim juga sudah berhasil mendapatkan data mentah data radar pergerakan pesawat yang akan dikaji, tim sudah wawancara petugas lalu lintas udara yang bertugas mengendalikan penerbangan yang mengalami kecelakaan,” ujar Ketua Sub Komite Etik Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo dikutip dari siaran Metro TV, Senin, 11 Januari dini hari.

Tim KNKT dijelaskan Nurcahyo disebar dalam proses investigasi kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak. Ada sejumlah instrumen pesawat yang diteliti KNKT hasil temuan operasi SAR gabungan.

“Tim KNKT yang di JICT sudah menerima dari Basarnas beberapa komponen, ada beberapa diidentifikasi beberapa instrumen pesawat ada GPWS (Ground Proximity Warning System), radio Altimeter, alat peluncur darurat yang akan diidentifikasi dari pintu sebelah mana karena ada 4 di pesawat  dan bagian pesawat umumnya dari bagian ekor sebelah bawah,” sambung dia.