Singgung Jokowi Tak Pro Wong Cilik, Politikus PDIP: AHY <i>Move On</i> Lah, Tak Perlu Pembusukan
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY dalam pidato politiknya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa, 14 Maret. (Nailin-VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Politisi PDIP Junimart Girsang mempertanyakan maksud Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyinggung pemerintahan Joko Widodo kurang berpihak kepada rakyat miskin atau wong cilik.

Dia meminta AHY membuktikan ucapannya, mana rakyat yang mengeluhkan kinerja Jokowi. 

"Silakan dibuktikan, wong cilik mana yang komplain terhadap pemerintahan Pak Jokowi?," ujar Junimart kepada wartawan, Rabu, 15 Maret. 

Justru, lanjut Junimart, banyak warga yang senang dengan sosok Jokowi seperti di dapilnya, Sumatera Utara. Bahkan kata dia, ada yang ingin Jokowi menjadi presiden lagi. 

"Misalnya, saya Dapil Sumut, hampir 99 persen wong cilik sangat senang dengan Pak Jokowi. Bahkan lebih radikal lagi, mereka mengatakan 'sebaiknya Pak Jokowi tetap presiden lagi aja Pak', itu di bawah loh, grass root, walaupun mereka tidak paham tentang UUD 1945 hanya dua periode," ungkap Junimart. 

Junimart juga menyoroti masalah utang yang dikritik AHY. Menurutnya, utang pemerintahan Jokowi sebanding dengan infrastruktur yang dibangun. Justru, kata dia, pembangunan yang mangkrak di era sebelumnya bisa diberdayakan di pemerintahan ini. 

"Jadi jangan utang bertambah sedikit, tetapi enggak ada pembangunan. Selama ini bagaimana? Banyak mangkrak tuh, zaman Pak Jokowi sekarang yang mangkrak-mangkrak hidup tuh diberdayakan semuanya," kata Junimart.

"Betul utang bertambah tapi untuk pembangunan, Jalan Tol Papua dibangun, Jalan Tol dari Medan sebentar lagi sampai Tarakan, itu depan mata saya loh," lanjutnya.

Oleh karena itu, Wakil Ketua Komisi II DPR itu menyarankan AHY untuk 'move On' mendukung pemerintahan saat ini. Sehingga tidak perlu menjelek-jelekan pemerintahan Jokowi.  

"Kita mestinya mendukung pemerintahan, move lah, kita minta move on aja lah kita ini, ndak perlu pembusukan. Kalau pun pembusukan enggak bau juga, makin harum (Jokowi)," kata Junimart. 

"Kalau busuk kan bau, tapi ini makin harum," imbuhnya.

Sebelumnya, AHY mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat miskin atau wong cilik. Pasalnya, di tengah situasi ekonomi yang sulit, pemerintah malah menggunakan anggaran untuk proyek-proyek mercusuar yang tidak berdampak pada kehidupan masyarakat kecil.

"Masalahnya, bukan hanya karena krisis global. Persoalan ekonomi kita semakin rumit, karena keuangan negara tidak dikelola dengan baik. Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, yang tidak banyak berdampak pada kehidupan Wong Cilik, tidak banyak berdampak pada saudara-saudara kita yang termasuk miskin dan tidak mampu," ujar AHY dalam pidato politiknya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa, 14 Maret. 

Dia lantas mengungkap kesusahan masyarakat, ada Ibu Yanti di Sulawesi Tengah yang menjerit karena harga bahan pokok mahal. Di mana beras sekarung 50 kilogram nyaris Rp1 juta yang artinya per kilo Rp20 ribu. 

AHY juga mengaku mendengar keluhan petani di Sumatera hingga Nusa Tenggara soal harga pupuk yang mahal.