Ramadan di Luar Angkasa, Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa serta Salat?
Astronot UEA Sultan Al Neyadi di ISS. (Twitter/@MBRSpaceCentre)

Bagikan:

JAKARTA - Astronot Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al Neyadi akan menghabiskan seluruh Bulan Ramadan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tahun ini, bagaimana caranya tetap beribadah sebagai Muslim?

Lazimnya, seorang Muslim akan berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam saat Bulan Ramadan. Namun, itu tidak wajib saat mereka bepergian.

Dr. Al Neyadi, yang akan menghabiskan enam bulan di luar angkasa dan diluncurkan pada 26 Februari mengatakan, aturan tersebut juga berlaku untuk astronot.

Berdasarkan perhitungan saat ini, Ramadan tahun ini diperkirakan akan dimulai sekitar 23 Maret, yang berarti Idulfitri diperkirakan akan berlangsung antara 20 April hingga 23 April.

"Selama enam bulan, kita akan melewati saat-saat yang sangat menyenangkan seperti Idulfitri dan Ramadan," ujar Dr. Al Neyadi, seperti dikutip dari The National News 13 Januari.

"Saya dalam definisi seorang musafir, dan kita sebenarnya bisa berbuka puasa dan itu tidak wajib," lanjutnya.

"Dan sebenarnya puasa itu tidak wajib jika sedang tidak enak badan. Makan makanan yang cukup diperbolehkan jika kekurangan makanan, nutrisi atau dehidrasi dapat membahayakan misi, atau mungkin membahayakan anggota kru," tandasnya.

Namun demikian dia mengatakan, jika mendapat kesempatan, dia akan menjalankan beberapa puasa, dan akan berbagi makanan dengan rekan-rekannya di stasiun luar angkasa.

astronot sultan al neyadi
Astronot UEA Sultan Al Neyadi bersama rekan astonot di ISS. (Twitter/@MBRSpaceCentre)

Lantas, bagaimana acuan waktu salat dan berbuka puasa selama ia di luar angkasa? Untuk puasa dan salat di luar angkasa, para astronot dapat mengikuti zona waktu yang digunakan di stasiun luar angkasa, yaitu UTC, disebut juga GMT. Atau, mereka dapat mengikuti waktu salat di Makkah.

Dr. Al Neyadi bukanlah Muslim pertama yang menghabiskan Ramadan di luar angkasa. Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi adalah Muslim pertama di luar angkasa, ketika dia menerbangkan pesawat ulang-alik AS Discovery pada tahun 1985.

Ketika itu, dia berpuasa pada hari dia diluncurkan ke luar angkasa, yang merupakan hari terakhir Bulan Ramadan.

Dalam bukunya 'Seven Days in Space', dia berbicara secara luas tentang menjalankan kewajibannya sebagai Muslim selama pelatihan dan waktunya di luar angkasa.

Dia berbicara tentang makan sahur, pada hari lepas landas, berdoa di menara peluncuran sebelum menaiki pesawat luar angkasa, berpuasa saat berada di luar angkasa dan membaca Al-Qur'an.

"Sekarang saya merasa cukup lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot, dan kehilangan cairan tubuh," tulisnya dalam buku itu.

"Saya benar-benar merasa dehidrasi. Saya memiliki satu jam lagi sampai saya bisa berbuka puasa. Awak kapal yang lain seharusnya sedang tidur pada saat itu, tetapi mereka telah memutuskan untuk tetap bersama saya sampai saya berbuka puasa. Sungguh perasaan yang indah," kenangnya.

Dia juga menghabiskan Idulfitri di pesawat ulang-alik. Dia berkata bahwa dia "sangat gembira" menghabiskan hari istimewa di luar angkasa, bahwa dia akan "merayakannya dengan cara saya sendiri".

Dia berbicara tentang bagaimana rekannya dari Amerika John Fabian mendoakannya dengan baik, ketika Arab Saudi mengumumkan bahwa bulan sabit telah terlihat, menandai akhir Ramadan dan awal Idulfitri.

Pangeran Salman memiliki menu khusus di pesawat ulang-alik, termasuk ayam asam manis, jagung manis rebus, keju kembang kol, salad tuna, pasta, udang, salmon, ayam goreng, cokelat panas, buah-buahan dan sayuran, serta kopi dan teh tanpa kafein.

Astronot itu juga membagikan foto dirinya berdoa dan membaca Al-Qur'an di luar angkasa.

Terpisah, astronot Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor juga menghabiskan beberapa hari Ramadan di luar angkasa pada tahun 2007.

Dia meluncur dengan roket Soyuz Rusia dari pangkalan antariksa Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.

"Islam tidak memberatkan. Jika saya tidak bisa berpuasa di luar angkasa, saya dapat membayarnya dan melakukannya di lain waktu," ujar Shukor beberapa minggu sebelum peluncurannya.

Dilaporkan ia mengadakan "pesta Idulfitri" di luar angkasa untuk rekan-rekannya. Dia membawa beberapa sate Malaysia, atau tusuk sate potongan daging pedas dan kue kering bersamanya.

Diketahui, astronot pertama UEA, Hazza Al Mansouri, yang menghabiskan delapan hari di ISS pada 2019, merekam dirinya berdoa saat berada di luar angkasa.

Menunya di ISS adalah hidangan tradisional Emirat, termasuk balaleet (makanan pokok Emirat berupa bihun manis yang disajikan dengan telur dadar di atasnya), salona (semur ayam) dan madrooba (oatmeal kental gurih).