JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani Aher meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menindaklanjuti kasus meninggalnya ibu hamil dan anak yang ditolak RSUD Subang, Jawa Barat.
Menurut Netty, hilangnya nyawa pasien Ibu dan bayi dalam kandungannya akibat tak segera ditangani adalah tragedi kemanusiaan yang harus menjadi perhatian berbagai pihak terkait.
"Kemenkes harus menindaklanjuti berita ini dengan segera memeriksa RSUD Subang. Kasus semacam ini tak boleh dianggap enteng dan berlalu begitu saja," ujar Netty dalam keterangan yang diterima, Rabu, 8 Maret.
"Seharusnya RS segera menangani pasien hamil yang kritis, bukan malah ditolak yang membuat mereka harus mencari RS lainnya," lanjutnya geram.
Legislator PKS dapil Jawa Barat itu lantas menyoroti pengakuan dari suami korban, di mana istrinya yang mau melahirkan ditolak masuk ke ruang PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif, Red) RSUD Subang untuk mendapatkan tindakan.
Alasannya, lantaran belum menerima rujukan dari Puskesmas Tanjungsiang dan ruang PONEK penuh. Sehingga pihak keluarga terpaksa membawa korban menuju RS di Bandung dan pasien meninggal dalam perjalanan.
"Jika alasan penolakan tersebut benar, maka sangat memprihatinkan. Apakah tidak ada kebijaksanaan dalam prosedural administrasi saat kondisi darurat?," tanya Netty.
"Seharusnya setiap pasien dalam keadaan kritis, apalagi Ibu hamil yang akan melahirkan, harus segera ditangani," tegasnya.
Karena itu, Netty meminta Kemenkes memeriksa dan mengusut kasus ini secara transparan. Jika ditemukan adanya unsur kelalaian, kata dia, maka pihak yang bertanggung jawab harus menerima hukuman sesuai aturan berlaku.
"Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi siapa pun yamg berhadapan dengan nyawa pasien. Jangan sampai terulang lagi," kata Netty menekankan.
Secara keseluruhan, menurutnya, sistem pelayanan kesehatan di RSUD Subang harus diperiksa dan dievaluasi. "Agar tidak menjadi stigma sebagai RS dengan pelayanan buruk," tandasnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, seorang pasien ibu hamil meregang nyawa di perjalanan dari Subang ke Kota Bandung diduga tidak dilayani oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Subang. Peristiwa pilu itu diceritakan Juju, warga Desa Buniara, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang.
Pada Kamis, 16 Februari, malam, sang istri yang bernama Kurnaesih (39) dibawa ke puskesmas karena mengalami panas dan kejang. Kondisinya tidak berangsur baik hingga akhirnya harus dirujuk ke RSUD Subang.
Karena khawatir bisa berefek pada sang bayi yang sudah dikandung sembilan bulan, dia pun dibantu Bidan Desa Buniara untuk mengurus segala kebutuhan dan koordinasi dengan pihak RSUD Subang.
Sekitar pukul 21.00 WIB, Kurnaesih masuk ke ruang IGD untuk mendapat perawatan, lalu dipindahkan ke ruang Ruangan Khusus Ibu Melahirkan (PONEK). Hanya saja, di ruang tersebut Kurnaesih tidak mendapat perawatan maksimal padahal keadaannya sudah kritis ditambah sudah waktunya melahirkan.
Alasannya, ruangan tersebut penuh sehingga pihak keluarga diminta untuk mencari fasilitas Kesehatan lain. Bidan desa yang menemani keluarga Juju akhirnya memutuskan untuk mencari rumah sakit di Kota Bandung.
Namun di tengah perjalanan, Kurnaesih beserta anak yang sudah memasuki usia dilahirkan akhirnya dinyatakan meninggal dunia.