JAKARTA - Kantong-kantong berisi bagian tubuh atau body part korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu sudah berada di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Giliran tim DVI yang akan melakukan identifikasi berbekal data antemortem dan post mortem.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik, Ade Firmansyah Sugiharto menerangkan proses identifikasi korban termasuk terkait kecelakaan pesawat.
“Kita berkaca pada sebelumnya dari kejadian jatuhnya Lion Air (di perairan Karawang), kita melihat bahwa tergantung dari ketinggian dan bagaimana proses jatuhnya. Memang biasanya jenazah akan kita temukan di sekitar dan akan mengalami puncaknya hari ketiga dan hari kelima di mana jenazah-jenazah itu mulai terapung di perairan. Selanjutnya kondisi ini pasti dengan adanya pembusukan tingkat kesulitan identifikasi akan lebih besar,” kata doker Ade Firmansyah dikutip dari wawancara dengan Kompas TV, Minggu, 10 Januari malam.
Identifikasi korban lewat antemortem ini membutuhkan data primer dan seunder. Data primer ini terdiri dari DNA, gigi, dan sidik jari.
“DNA ini yang terpenting karena ada pada sel tubuh manusia sehingga bagian tubuh mana pun yang ditemukan oleh tim di pada fase satu, tentu pada fase post mortem akan bisa ambil sampelnya,” sambungnya.
Proses identifikasi ini punya tingkat kesulitan berbeda. Karena itu perlu data-data pendukung untuk menguatkan proses identifikasi jenazah atau bagian tubuh dari jenazah.
“Data itu semua kita dapatkan sangat komprehensif dari fase satu tempat penemuan jenazah. Saat dievakuasi dari laut apa pun barang atau properti melekat pada jenazah tersebut harus diikutkan dalam satu kantong. Karena itu menjadi informasi berharga. misal jenazah terikat pada kursi nomor sekian itu sangat cepat (identifikasi),” ujar dokter Ade Firmansyah.
Setelah data antemortem terkumpul, tim identifikasi akan mencocokkan dengan data post mortem yakni data-data setelah korban meninggal dunia.
“Nanti akan direkonsiliasikan dengan data antemortem misal ciri-ciri tubuh, properti melekat, sidik jari semua data primer sekunder. Informasi dari fase satu, dua dan fase tiga kita rekonsiliasikan, kita bisa identifikasi jenazah. Memang prosesnya harus seperti itu karena kita harus hati-hati dan teliti jangan sampai ada kesalahan,” kata dia.
BACA JUGA:
306 Personel Tim DVI
Sebanyak 306 personel dalam tim Disaster Victim Identification (DVI) di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, dikerahkan untuk melakukan identifikasi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Di Rumah Sakit Polri ini, telah bekerja tim DVI sebanyak 306 personel, ini terdiri atas instansi terkait," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono dikutip Antara, Minggu, 10 Januari.
Selain dari Polri, personel tim DVI yang akan mulai melakukan identifikasi terhadap jenazah korban pada Senin, 11, Januari itu adalah dari TNI, Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.
Rusdi Hartono menuturkan tim DVI akan melakukan identifikasi terhadap tujuh kantong jenazah yang sudah diterima RS Polri dengan didukung data-data "antemortem" yang sudah diterima.
"Semua bekerja bersama di RS Polri untuk melakukan identifikasi terhadap jenazah korban dari kecelakaan pesawat tersebut," ujar Rusdi Hartono.
Polri mengimbau para keluarga korban segera memberikan data kepada tim DVI, baik berupa ijazah, kartu keluarga dan dokumen-dokumen lain untuk membantu identifikasi.
"Keterangan-keterangan apa pun itu sangat membantu bagi tim DVI untuk mengidentifikasi jenazah-jenazah yang menjadi korban pada peristiwa kecelakaan tersebut," tutur Rusdi Hartono.
Kantong Jenazah Masuk RS Polri
Sejumlah kantong jenazah ini dilaporkan dibawa bersamaan pada pukul 23.15 WIB, Minggu, 10 Januari. Kantong ini diserahkan dari tim Basarnas di posko utama pencarian Sriwijaya Air SJ-182 di JICT2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sebelumnya Wakil Kepala RS Polri Kombes Hariyanto mengatakan pada pukul 21.00 WIB, Minggu, 10 Januari, total diterima 8 kantong jenazah berisi 10 body part korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu.
Tim DVI Polri juga menghimpun data ante mortem korban penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang diberikan pihak keluarga. Data antemortem dikumpulkan dari laporan keluarga yang diterima di RS Polri, Jakarta; Pontianak, Kalimantan Barat; dan Surabaya, Jatim.
“Jadi keseluruhannya ada 54 data, dari 54 kita ambil 39 DNA,” kata Kombes Hariyanto.