Bagikan:

JAKARTA - Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Hari Selasa memperingatkan Korea Utara Siap mengambil tindakan "luar biasa" terhadap kegiatan militer oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan, seiring dengan pelibatan pesawat pembom strategis AS.

Selain itu, Kim juga memperingatkan Korut akan menganggap setiap upaya AS untuk mencegat rudal yang akan diluncurkannya, sebagai deklarasi perang yang jelas terhadap negara tertutup itu, menurut Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA).

"Seperti yang sudah diklarifikasi, kami mengawasi gerakan militer yang gelisah oleh pasukan AS dan militer boneka Korea Selatan, selalu siaga untuk mengambil tindakan yang tepat, cepat dan luar biasa kapan saja sesuai dengan penilaian kami," tegas Kim dalam sebuah pernyataan, seperti melansir Korea Times 7 Maret.

Seoul dan Washington melakukan latihan udara gabungan pada Hari Senin, yang melibatkan setidaknya satu pembom strategis B-52H berkemampuan nuklir milik Washington, setelah latihan serupa pada Hari Jumat yang memobilisasi pembom B-1B A.S.

Sekutu juga berencana untuk menggelar latihan Freedom Shield (FS), pelatihan pos komando yang disimulasikan komputer, dari 13-23 Maret dalam upaya untuk meningkatkan pencegahan terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.

Dalam kesempatan tersebut, Kim juga mempermasalahkan laporan berita tentang komentar Komandan Komando Indo-Pasifik AS Laksamana John Aquilino, yang menurut laporan surat kabar lokal pada Hari Senin memperingatkan, jika Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua ke arah Pasifik, AS akan segera mencegatnya.

"Itu akan dianggap sebagai deklarasi perang yang jelas terhadap DPRK, jika tanggapan militer seperti intersepsi terjadi terhadap uji coba senjata strategis kami, yang dilakukan tanpa merugikan keamanan negara tetangga di perairan terbuka dan udara yang bukan milik yurisdiksi AS," jelasnya memperingatkan.

DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Sebelumnya, Kim mengancam bahwa Korut dapat menggunakan Pasifik menjadi "lapangan tembak" sebagai tanggapan atas latihan militer bersama oleh AS dan Korsel.

Sementara itu, analis mengatakan jika Korea Utara menindaklanjuti ancamannya untuk mengubah Samudra Pasifik menjadi "lapangan tembak", itu akan memungkinkan negara yang terisolasi dan bersenjata nuklir itu membuat kemajuan teknis, selain menandakan tekad militernya, seperti mengutip Reuters.

Diketahui, sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, membuat kedua negara secara teknis berperang.