Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meminta masyarakat menjaga identitasnya untuk menyamarkan pembelian aset tertentu atau menjadi nominee. Apalagi, tahun depan rencananya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) akan jadi satu.

"Mulai sekarang nih, jangan mau digunakan namanya untuk menjadi nominee," kata Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan kepada wartawan, Senin, 6 Maret.

Dia mencontohkan penggunaan nama Ahmad Saefudin, yang disebut punya Rubicon hitam kemudian dibeli eks pejabat Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo.

Kata Pahala, nantinya warga yang tinggal di sebuah gang di kawasan Mampang itu bisa dikejar untuk membayar pajak mobil mewah yang dimilikinya.

Pengejaran ini gampang dilakukan jika sistem satu identitas sudah diberlakukan. "Kayak Pak Ahmad Saefudin mungkin, begitu namanya ada Rubicon sekarang dikejar orang pajak. Anda bayar pajak, misalnya gitu kan," jelasnya.

"Jadi buat masyarakat sekali lagi nih, pengaturan (NIK-NPWP, red) sudah lebih baik. NIK hati-hati jalau dipinjam nama, ada konsekuensinya," sambung Pahala.

Sebelumnya, terungkap Jeep Rubicon hitam yang digunakan Mario Dandy, anak Rafael Alun ternyata milik pamannya. Mobil ini dijual Rafael setelah dia membelinya adari Ahmad Saefudin yang tinggal di Gang Jati, Mampang, Jakarta.

Pembelian itu lantas dicurigai karena Ahmad dinilai tak mampu membeli Jeep Rubicon yang harganya bisa sampai miliaran rupiah. Penilaian ini bukan muncul begitu saja, tapi ada beberapa penyebabnya termasuk Ahmad juga menerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah.

Tak sampai di situ, Ahmad juga bekerja sebagai pegawai honorer Inafis Mabes Polri. Tapi, dia bukan anggota Korps Bhayangkara.

Bahkan, Ketua RT tempatnya tinggal, Kamso Badrudin kaget saat mendengar Saefudin punya mobil Rubicon. Dia justru menuding ada orang yang memanfaatkan alamat dan nama warganya itu.

"Nah itu saya baru dengar kalau dia pemilik daripada mobil Rubicon (B 2571 PBP) tersebut. Kalau secara kita lihat kasat mata ya kan, logikanya ya kan, dan saya tahu persis, kayaknya enggak mungkin banget," ujar Kamso kepada wartawan, Kamis, 2 Maret.