Satgas COVID-19 Sebut Vaksinasi Sulit Berjalan Jika Tak Ada Pengetatan PSBB Jawa-Bali
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito (FOTO via ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut proses vaksinasi COVID-19 yang akan dimulai pada pertengahan Januari bisa sulit berjalan lancar bila tidak ada pengetatan mobilitas masyarakat.

Karena itu, langkah yang diputuskan adalah mengetatkan PSBB di sebagian wilayah Pulau Jawa dan Bali mulai 11 Januari hingga 25 Januari mendatang.

"Pada saat kita mau melakukan vaksinasi tapi penularannya tinggi, maka akan sulit untuk vaksinasinya bisa berjalan dengan lancar. Maka, tentu penularannya harus ditekan," kata Wiku dalam tayangan YouTube BNPB Indonesia, Kamis, 7 Januari.

Wiku menuturkan, vaksinasi adalah satu dari sejumlah langkah pemerintah dalam rangka memberikan proteksi ganda terhadap penularan COVID-19 di masyarakat, selain kepatuhan melaksanakan protokol kesehatan.

Terlebih, saat ini bermunculan varian virus corona jenis baru yang lebih cepat menularkan dari satu orang ke orang lain. Wiku bilang, virus ini akan bisa menyesuaikan diri kalau terus terjadi penularan. 

"Maka, dengan menekan penularan lewat penerapan 3M dengan ketat dan seterusnya, dengan pembatasan seperti ini, semoga semua kondisinya jadi terkendali," kata Wiku.

Terhadap potensi melemahnya kondisi perekonomian akibat pengetatan PSBB di Jawa dan Bali, Wiku meminta semua pihak mengerti bahwa yang diutamakan saat ini adalah investasi kesehatan. 

"Sebenarnya investasi kesehatan ini adalah untuk ekonomi nantinya. jadi jangan diboroskan kesehatannya, akhirnya kita nggak bisa melakukan kegiatan sosial-ekonomi," tutur Wiku.

"Enggak usah dikonflikkan. Dua-duanya penting, tetapi kita harus investasi kesehatan yang sekarang. Kita perlu waktu untuk mendinginkan suasana untuk menekan kasusnya. Sehingga, kita lebih sehat lagi untuk bisa menghadapi pandemi ini," imbuh dia.