UNHCR Berharap Negara di Asia Pasifik Izinkan Pendaratan Pengungsi Rohingya
Kapal membawa pengungsi Rohingya saat terdampar di Pantai Lampanah Leungah Aceh Besar, Kamis (16/2/2023). ANTARA FOTO/Ampelsa

Bagikan:

BANDA ACEH - Komisioner Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) Perwakilan Indonesia berharap kepada negara-negara di Asia Pasifik untuk mengizinkan jika ada kapal pengungsi Rohingya yang ingin melakukan pendaratan.

"Situasi pengungsi Rohingya membutuhkan tanggapan kolektif dan pembagian tanggung jawab di antara negara-negara di seluruh Asia Pasifik," kata Kepala UNHCR Perwakilan Indonesia Ann Maymann di Banda Aceh dilansir ANTARA, Jumat, 17 Februari.

Di negara Bangladesh, lanjut Ann, kehidupan pengungsi Rohingya di tenda-tenda pengungsian sangat memprihatinkan dan kesempatan mereka untuk membangun masa depan terbatas.

Pengungsi Rohingya yang mendarat di Indonesia seringkali berusaha melanjutkan perjalanan ke Malaysia karena adanya keinginan yang besar untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka setelah terpisah selama bertahun-tahun.

Sayangnya, kata Ann, terdapat berbagai faktor pendorong yang kuat sehingga para pengungsi memutuskan untuk menempuh perjalanan laut yang sangat berisiko, di antaranya kondisi yang kurang baik di tenda pengungsian di Bangladesh.

"Seperti halnya dengan kita semua, para pengungsi Rohingya ingin mencari tempat di mana mereka dapat memiliki masa depan yang baik bersama orang yang mereka cintai,” ujarnya.

Ann menegaskan seiring adanya risiko kehilangan nyawa dalam perjalanan menggunakan jalur laut, UNHCR terus mendesak berbagai negara untuk memastikan penyelamatan dan pendaratan yang aman diberikan bagi para pengungsi Rohingya yang mengalami kesulitan.

"Negara-negara yang telah menampung pengungsi Rohingya agar memberikan izin pendaratan bagi pengungsi Rohingya yang menghadapi kesulitan di tengah laut," katanya.

Dalam tingkat regional, UNHCR telah mencatat peningkatan enam kali lipat jumlah pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut berbahaya dan tidak sah di kawasan Asia Pasifik selama tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini menandakan adanya keputusasaan para pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan itu telah meningkat. Mereka terus menghadapi penganiayaan di Myanmar sehingga terpaksa mencari perlindungan ke negara tetangga.

Sampai saat ini, Indonesia telah menampung sedikitnya 12.805 orang pengungsi dari 51 negara dan sekitar 1.000 orang atau 8 persen di antaranya adalah warga Rohingya.

"Situasi pengungsi Rohingya menjadi perhatian semua negara di kawasan ini. Maka butuh tanggapan kolektif dan pembagian tanggung jawab di antara negara di Asia Pasifik," tambah Ann Maymann.

Selama tiga bulan terakhir sejak November 2022, Indonesia telah menerima kedatangan lima kapal yang membawa sekitar 644 orang pengungsi Rohingya di Aceh (belum termasuk 69 orang yang terdampar Kamis pagi, 16/2).

Para pengungsi itu kini ditampung pada tiga lokasi berbeda di Aceh, yakni Lhokseumawe, Pidie, dan Aceh Besar (Ladong).